Sebuah studi baru mengungkapkan obat hydroxychloroquine tidak bermanfaat sama sekali untuk pasien Covid-19. Hydroxychloroquine justru malah akan meningkatkan risiko kematian pada pasien infeksi virus corona itu.
Penelitian yang telah dilakukan pada ratusan pasien di pusat kesehatan Veterans Health Administration, Amerika Serikat menemukan pasien Covid-19 yang menggunakan hydroxychloroquine memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan pasien yang tidak menggunakan obat itu.
Studi yang baru dipublikasikan di medrxiv.org itu mengulas 368 pasien. Hasilnya, 97 pasien yang menggunakan hydroxychloroquine memiliki tingkat kematian 27,8 persen. Sedangkan 158 pasien yang tidak menggunakan obat itu memiliki tingkat kematian 11,4 persen.
"Hubungan peningkatan kematian secara keseluruhan diidentifikasi pada pasien yang diobati dengan hydroxychloroquine saja. Temuan ini menunjukkan pentingnya menunggu hasil studi prospektif, acak, terkontrol sebelum penggunaan yang luas dari obat ini," tulis para peneliti, dikutip dari CNN, Kami 30 April 2020.
Para peneliti juga menemukan penggunaan obat hydroxychloroquine juga tidak berpengaruh pada penggunaan ventilator.
"Dalam penelitian ini, kami tidak menemukan bukti bahwa penggunaan hydroxychloroquine, baik dengan atau tanpa azitromisin (antibiotik), mengurangi penggunaan ventilator pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit," tulis penulis.
Hydroxychloroquine merupakan salah satu obat yang diuji dan dicoba untuk Covid-19. Hingga saat ini belum ada obat yang dapat mengatasi virus corona.
Hydroxychloroquine juga merupakan obat yang disebut oleh Presiden AS Donald Trump dapat mengatasi Covid-19. Obat ini bukanlah obat baru, melainkan telah digunakan selama beberapa dekade untuk mengobati penyakit malaria, lupus, dan rheumatoid arthritis.
Sama seperti chloroquine,hydroxychloroquine juga berasal dari pohon kina. Obat ini biasanya digunakan pada jenis malaria yang sudah kebal terhadap chloroquine.