Nasaruddin Umar: Sabar Adalah Bentuk Keberhasilan Puasa

Nasaruddin Umar: Sabar Adalah Bentuk Keberhasilan Puasa

Dedi Sutiadi
2020-04-26 21:15:00
Nasaruddin Umar: Sabar Adalah Bentuk Keberhasilan Puasa
Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar MA. (Foto: Istimewa)

Hikmah puasa adalah salah satunya melatih diri kita untuk lebih bersabar. Kesabaran memang menjadi problematika setiap insan (Manusia) di dunia ini. Bahkan, banyak orang mengeluh akan kehabisan kesabaran dalam menghadapi persoalan yang ada.


“Sabar adalah suatu istilah yang gampang diucapkan, sulit kita lakoni, kita amalkan dan kita jabarkan dalam kehidupan. Makanya itu, siapa yang mampu bersabar akan bersahabat dengan keberhasilan,” kata Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar MA.


Beliau menjelaskan, ciri orang yang berhasil puasanya adalah orang yang bisa menahan diri untuk selalu bersabar. Dimanapun kita berada, kita harus bisa bersabar menghadapi permasalahan yang ada dan bisa menjadi obat untuk lingkungan kita.


“Dalam islam, ada 3 istilah yang menarik untuk kita kaji. Ada yang namanya sabar dalam pengertian Shabir, seharusnya mampu melawan tapi dia maafkan. Ada lagi yang lebih tinggi dari itu yaitu Mashabir, kalau kita sering mengatakan gini ‘ya saya sudah sabar, saya sudah maafkan tapi saya tidak bisa melupakan’, nah itu belum sampai tingkat Mashabir. Kalo kita sering mengatakan ‘ya kesabaran kan punya batas’ itu shabir. Kalau kita bisa melupakan dan memaafkan orang itu, maka kita sudah sampai apa yang disebut dengan Mashabir. Dan tingkat yang lebih tinggi ada yang disebut dengan Ashobur. Ashobur itu, kita sudah tidak ada persoalan sama sekali, kita tidak pernah merasa menderita, kita tidak pernah merasa terfitnah, kita tidak pernah merasa dizolimi, semua berjalan seperti air dan tidak ada salah faham, maka orang seperti ini sudah sampai tingkat Ashobur,” jelas Imam Masjid Istiqlal tersebut.


“Orang yang sabar, tidak pernah berbagi penderitaan, berbagi keluh kesah dan berbagi kekesalan. Jika orang sudah sampai tingkat Mashabir apalagi Ashobur, maka dia akan menjadi obat di lingkungannya,” lanjut dosen besar UIN Jakarta itu.


Lalu, sudah sampai mana kesabaran yang kita dapat di hari ketiga puasa Ramadan ini? jangan sampai di bulan yang suci ini, kesabaran yang kita punya semakin menuruh.


Share :