Bulan Ramadan dirayakan penuh sukacita dengan cara beragam di seluruh Dunia maupun setiap daerah di Indonesia. Salah satunya dengan menu khas berbuka yang disantap kala azan maghrib berkumandang.
Salah satunya dengan keluarga sederhana di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, yang menyantap menu berbuka secara sederhana dan penuh rasa syukur.
Dimana, Rudi, pria berusia 70 tahun, warga Desa Medan Senembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, bertutur tentang cara dia menjalani bulan puasa dan saat berbuka.
Pria yang memiliki empat orang anak dan kini tinggal ditemani satu orang anak dan satu orang cucu di rumah sederhananya. Sedangkan istrinya telah meninggal dunia pada 1995 silam.
Lebih lanjut bisa dibilang hidup dengan serba kekurangan. Namun, di masa puasa dan saat berbuka, bagi dia segelas teh manis dengan kue seadanya sudah cukup. Menurutnya yang terbaik adalah bisa berkumpul dengan keluarga.
"Biasanya menu berbuka puasa hanya teh manis dingin atau teh manis hangat ditambah dengan kue yang dibeli di warung terdekat," kata Rudi.
Selagi ada rezeki, keluarganya bisa masak daging ayam atau gulai. Namun, jika tidak ada uang di kantong, nasi ditambah dengan rebusan daun ubi, dan daun pepaya menjadi menu pilihan lainnya.
"Menu santapan berbuka puasa hanya nasi hangat, rebusan daun ubi dan daun pepaya, telur disambal dan ditambah air teh manis hangat. Rezeki yang ada harus disyukuri, walaupun hanya menu yang seadanya," kata Rudi.
Untuk daun ubi dan daun pepaya, Anwar mengaku tidak beli. Dia mengambil dari pekarangan rumahnya dan kebun tetangganya. Sehari-hari Anwar bekerja memperbaiki alat elektronik. Penghasilan dari profesi ini tak selalu mendatangkan uang berlebih. Tak jarang dia kosong orderan.
"Kalau ada kerjaan atau alat elektronik tetangga yang rusak, saya ada rezeki. Tapi jika tidak ada yang rusak, berarti saya belum ada rezeki. Mudah-mudahan, walaupun menu berbuka seadanya, yang penting bisa berkumpul dengan anak dan cucu," katanya.