Jika berkunjung ke Danau Toba, pasti kita tidak akan melewatkan untuk berkunjung ke Pulau Samosir di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) dan menjadi salah satu destinasi favorit yang banyak dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Samosir adalah sebuah pulau vulkanik di tengah Danau Toba.
Tak hanya bisa menikmati keindahan Danau Toba, jika berkunjung ke Pulau Samosir wisatawan juga bisa melihat langsung kebudayaan dan beberapa kepercayaan-kepercayaan yang masih diyakini oleh masyarakat sekitar.
Salah satunya yakni tentang sejarah Patung Sigale-gale, merupakan patung kayu yang menari dan sudah ada sejak zaman kerajaan Suku Batak di Pulau Samosir.
Patung laki-laki seukuran tubuh manusia. Boneka ini berpenampilan rapi, lengkap dengan busana khas Batak dan ulos.
Patung Sigale-gale, yang kini menjadi atraksi wisata yang tidak boleh dilewatkan jika berkunjung ke Samosir. Walau Sigale-gale terkenal karena pertunjukannya ketika menari tor-tor, sebenarnya ada kisah yang dipercaya oleh masyarakat setempat.
Dimana, kabarnya patung ini mempunya nilai mistis, sebab Sigale-gale bisa menangis dan menari tanpa diiringi musik. Tak hanya itusaja, ada juga yang mengatakan jika siapa pun yang membuat Sigale-gale akan meninggal usai patung selesai dibuat.
Untuk mencegahnya, saat membuat patung Sigale-gale harus dilakukan secara terpisah, misalnya ada yang mengerjakan bagian tangan, kaki, kepala, atau badan. Dengan cara ini, maka tidak ada tumbal yang jatuh.
Hal lainnya, yakni Sigale-gale hanya bisa ditempatkan di peti mati, bahkan ia bisa menari di atas peti mati. Patung ini juga lazim digunakan dalam upacara kematian keluarga di daerah Samosir, tarian Sigale-gale dipercaya oleh warga setempat dapat mengantarkan arwah mendiang ke alam baka.
Terlepas dari cerita sebelum memiliki nilai mistis, Sigale-gale juga mempunyai cerita yang memilukan. Dahulu ada Raja Rahat yang kala itu bertakhta di salah satu kerjaan Samosir.
Suatu ketika, hulubalang (prajurit) melaporkan kepada raja bahwa di hutan perbatasan terjadi kekacauan. Untuk mengatasinya, sang raja akhirnya mengutus anak semata wayangnya guna menjadi panglima perang.
Anak lelaki bernama Manggale itu akhirnya pergi untuk berperang melawan musuh di perbatasan.Ketika perang sudah usai dan para hulubalang kembali, sayanganya sang putra tidak ada di dalam rombongan mereka.
Namun, siapa sangka, ternyata nasib buruk menimpa Manggale, karena dirinya gugur ketika berperang. Bahkan jenazah Manggale pun tak ditemukan. Raja yang mendengar jika anak tunggalnya telah gugur dalam perang pun sangat sedih hingga jatuh sakit.
Para menteri dan datuk berusaha untuk menolong sang raja agar terhibur dan tak teringat anaknya kembali. Sampai suatu ketika ada sibaso (dukun perempuan) yang menerawang. Sibaso mangatakan jika sang raja rindu kepada anaknya dan menyarankan untuk membuatkan patung yang mirip dengan mendiang Manggale. Akhirnya semua sepakat untuk membuat patung yang terbuat dari kayu itu.
Melihat patung yang menyerupai anaknya, sang raja pun berangsur sehat dan membaik. Bahkan raja membuat pesta besar, dirinya mengundang pargossi untuk memainkan musik sabangunan, ditambah sordam untuk meminta arwah anakanya masuk ke dalam patung itu.
Dan patung yang mirip Manggale dinamakan Sigale-gale, yang artinya lemah gemulai. Sejak saat itu, boneka Sigale-gale sering dimainkan sebagai pertunjukan yang hanya ada di Samosir saja.
Jika ingin melihat pertunjukan Sigale-gale, kamu bisa mengunjungi tempat wisata di Tomok atau Museum Hutabolon Simanindo. Pertunjukan selama satu jam ini memperlihatkan patung Sigale-gale menarik dengan bantuan benang yang dimainkan seorang dalang.