Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto mengungkap kesulitan dalam mendistribusikan bantuan ke bagian Indonesia Timur.
"Ini saja sekarang kita kesulitan untuk memberikan bantuan logistik kesehatan ke Papua karena sudah tidak ada penerbangan sekarang, setengah mati kita mau ngirim bantuan aja setengah mati harus ngirim bantuan pake hercules sendiri," Yuri, Selasa 14 April 2020.
Yuri mengatakan proses pembagian logistik dilakukan dengan menggunakan pesawat hercules. Namun, katanya, setelah sampai di Jayapura, pemerintah setempat mengalami kesusahan untuk mendistribusikan karena kendaraan yang sulit.
"Akhirnya pake hercules kita sendiri, sampai di Jayapura, dari Jayapura ke kota yang kecil di gunung itu gimana, kita ngirim APD dan masker saja harus pakai hercules sendiri. Semua Indonesia timur kan sudah banyak berkurang drastis," ujarnya.
Terkait sulitnya ajukan PSBB, pemerintah mengatakan semua aspek harus dihitung secara matang dalam penerapan PSBB di suatu daerah.
"Jadi semua aspek itu dihitung, ini COVID-19 ini bukan hanya masalah kesehatan, kompleks banget, sangat-sangat kompleks, masalah kesehatan itu nggak 100 persen masalah kesehatan," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto.
"Ada 6 persyaratan terbagi menjadi dua, persyaratan kesehatan dan non kesehatan. Satu persyaratan epidemologi itu meliputi penambahan kasus, sebaran dan kemudian adanya penularan lokal, itu tiga poin adalah bidang kesehatan. Terus yang lainnya non kesehatan, pertama ketersediaan kebutuhan dasar, kedua adanya anggaran dan terjamin jaringan sosial dan ketiga adalah keamanan," ujarnya.
Jika PSBB diterapkan dan melarang orang keluar rumah, jelas Yuri, pemerintah harus memberi jaminan hidup. Jika tidak maka menurutnya akan berpeluang memunculkan kekacauan di masyarakat.
"Kita sekarang melarang orang tidak keluar rumah, apa resiko kalau dia nggak keluar rumah, kan harus dikasih jaminan hidup, kalau jaminan hidupnya nggak ada gimana dong penyelesaiannya," ujarnya.
"Kalau kemudian jaminan hidup nggak ada penyelesaian dan kemudian menjadi anarkis menjarah di jalan gimana keamanan, kalau nggak boleh keluar tidak dapat uang tidak bisa membayar kontrakan lalu diusir gimana, makanya COVID ini masalah kompleks," lanjut Yuri.