Jubir Presiden Jokowi, M Fadjroel Rachman menyinggung kebijakan yang dikeluarkan oelh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Menurut dia, publik tidak butuh kebijakan 'efek kejut'. Itu ia maksudkan dengan pernyataan Anies Baswedan terkait kebijakan transportasi di tengah masa pandemi virus corona COVID-19 yang sempat dikeluarkannya.
"Ini terkait Anies. Dia bilang itu efek kejut, bahwa pengurangan transportasi efek kejut supaya masyarakat sadar tentang COVID-19," ujar Fadjroel kepada wartwan, Kamis 19 Maret 2020.
Fadjroel mengatakan bahwa tidak bermaksud menyindir Anies. Namun, dia mengatakan, tidak ingin bahwa rakyat yang menjadi eksperimen sosial dari kebijakan yang dibuat pemerintah.
"Tidak menyindir. Cuma kita tidak boleh membuat kebijakan yang coba-coba. Bisa bayangkan nggak kalau kebijakan lockdown, satu hari (ditetapkan), terus (besoknya) dicabut, terus bilang 'sorry ya, ini efek kejut', kan gila," kata Fadjroel.
Sebelumnya, kebijakan dengan narasi 'efek kejut' ini pernah dilontarkan Anies yang mengungkap alasannya membatasi transportasi massal pada hari Senin 16 Maret 2020. Anies beralasan ingin memberi 'efek kejut' kepada masyarakat dalam menghadapi virus corona COVID-19.
Sebagai akibatnya, antrean penumpang pun saat itu tak terelakkan. Warga mengeluhkan, dengan menumpuknya antrean dikhawatirkan ada potensi penyebaran penyakit.
"Tadi pagi kendaraan umum dibatasi secara esktrem, apa sih tujuannya? Tujuannya, mengirimkan pesan kejut kepada seluruh penduduk Jakarta bahwa kita berhadapan dengan kondisi ekstrem. Jadi, ketika orang antre panjang, 'oh iya Covid-19 itu bukan fenomena di WA (Whatsapp, red) yang jauh di sana. Ini ada di depan mata kita'. Kalau kita tidak kirim pesan efek kejut ini penduduk di kota ini masih tenang-tenang saja, yang tidak tenang ini siapa yang menyadari ini," kata Anies dalam video rapat teknis percepatan penanganan Covid-19 yang disiarkan di channel YouTube Pemprov DKI Jakarta, Senin 16 Maret 2020.