Kementerian Kesehatan Iran mengkalim
bahwa obat virus corona yang diujikan pada pasien dengan kasus parah menunjukkan
hasil positif.
Juru bicara Kementerian Kesehatan, Kianoush
Jahanpur mengatakan, obat imunomodulator yang disebut "Actemra" yang
diujikan pasien di rumah sakit Isfahan tersebut mampu meredakan sebagian gejala
pada pasien, Rabu 11 Maret 2020.
Pihaknya mendapati gejala virus menurun
dalam waktu 48 jam setelah mengonsumsi Actemra, dalam uji coba pertama. Namun,
menurut Jahanpour tertlalu dini menyimpulkannya saat ini. Rencananya uji coba
akan terus dilanjutkan pada pasien lain selama beberapa hari kedepan.
Pemerintah juga berencana memasukan
obat tersebut ke dalam daftar obat nasional, apabila terbukti efektif.
Jahanpur mengatakan, hasil positif
juga ditunjukkan dari beberapa kasus virus corona dengan gejala parah di China.
Jahanpur juga mengungkapkan dua obat biosimiliar lain yang diproduksi Iran dan
masih membutuhkan penelitian lanjutan, yakni interferon alfa dan interferon
beta.
Iran melaporkan 75 kematian baru
akibat virus corona dalam 24 jam terakhir pada Kamis 12 Maret 2020.
"Kami telah mengidentifikasi
1.075 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Artinya, ada 10.075 orang yang
terinfeksi di negeri ini. Korban meninggal mencapai 429," kata Jahanpur.
Guna memerangi wabah tersebut, Iran
juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada IMF. Sejauh
ini Iran juga belum menerapkan lockdown wilayah walaupun lebih dari 10.000 ribu
warganya, telah terinfeksi corona. Namun sekolah dan universitas di Iran telah
ditutup pemerintah.