India telah mengalami kerusuhan selama tiga hari berturut-turut, dengan laporan-laporan tentang rumah-rumah dan toko-toko Muslim menjadi sasaran gerombolan perusuh.
Sebanyak 23 orang dilaporkan terbunuh sejauh ini dalam kekerasan paling mematikan yang pernah dialami ibu kota India dalam beberapa dasawarsa.
Melansir dari laman BBC, Kamis 26 Februari 2020, bentrokan pertama kali terjadi pada hari Minggu antara pengunjuk rasa untuk dan menentang hukum kewarganegaraan yang kontroversial.
Namun sejak itu mereka menggunakan nuansa komunal, dengan laporan orang-orang diserang berdasarkan agama mereka.
Foto-foto, video, dan akun di media sosial melukiskan gambar mengerikan beberapa hari terakhir. Terlihat massa memukuli pria yang tidak bersenjata, termasuk jurnalis; tentang sekelompok pria dengan tongkat, batang besi, dan batu yang berkeliaran di jalanan; dan umat Hindu dan Muslim berhadapan.
Kepala menteri Arvind Kerjiwal menyebut selama tiga hari kekerasan itu berlangsung "mengkhawatirkan" dan mengatakan polisi telah kehilangan kepercayaan publik.
"Tentara harus dipanggil dan jam malam diberlakukan di daerah yang terkena dampak (di utara-timur kota) segera," katanya.
Hakim Mahkamah Agung termasuk di antara mereka yang mengkritik kegagalan polisi untuk menghentikan perampokan massa pro-pemerintah yang memukuli warga muslim di jalan, meneriakkan slogan-slogan nasionalis Hindu dan membakar toko-toko serta rumah-rumah milik muslim. Hanya satu orang yang ditangkap sejauh ini karena dicurigai ikut serta dalam kerusuhan.
Laporan dan video saksi di media sosial menunjukkan sebuah masjid dibakar dan dirusak di kawasan Ashok Nagar dengan bendera dewa Hindu Hanuman berkibar di atapnya.
Jumlah mereka yang terluka dalam bentrokan, baik Hindu dan muslim, bertambah menjadi lebih dari 250 orang. Pejabat rumah sakit mengatakan mereka merawat banyak korban karena luka tembak, sementara yang lain dipukuli dengan tongkat, menderita luka tikam atau terluka karena melompat dari ketinggian.