Staf khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan pembentukan holding BUMN Rumah sakit sudah dimulai sejak 2017. Dengan demikian, pembentukan holding tersebut sudah dilakukan sejak era mantan Menteri BUMN Rini Soemarni.
Arya menjelaskan, apa yang sedang dilakukan oleh Menteri BUMN Erick Thohir merupakan kelanjutan dari mantan menteri BUMN sebelumnya.
“(Di 2017) baru diresmikan (holding BUMN rumah sakit), (tapi) belum beroperasi (secara maksimal). Dulu (sekedar) simbolis, (makanya) sekarang kita akselerasi biar jalan, sambil memperbaiki strukturnya,” ujar Arya di Kementerian BUMN, Selasa 11 Februari 2020.
Proses akselerasi holding BUMN rumah sakit, Arya mengatakan akan ditargetkan selesai Juni 2020 sebagai fase pertama dari tiga fase lainnya. Pada Desember 2020 ditargetkan sebanyak 64 rumah sakit milik plat merah akan masuk mdalam holding yang diketuai oleh PT Pertamina Bina Medika-IHC (Pertamedika).
“Ada prosesnya, Juni baru ketahuan proses berikutnya. Jangan dibikin waktu, tapi bisa lebih cepat (dari Desember 2020), tapi yang pasti proses cepat,” kata Arya.
Jika proses holding ini berjalan dengan baik, 64 rumah sakit milik BUMN akan dikelola oleh satu perusahaan, yakni PT Pertamedika. 64 rumah sakit tersebut sebelumnya dimiliki dan dikelola oleh 15 perusahaan BUMN.
Dari 64 rumah sakit yang dimiliki BUMN, jika disatukan maka akan memiliki 6.500 tempat tidur. Lalu, dokter umumnya sebanyak 940, dokter spesialis 1.473 dan dokter sub spesialis sebanyak 159.
Adapun total ruang operasinya dari 64 rumah sakit tersebut sebanyak 126 ruangan. Diperkirakan, nantinya 64 rumah sakit tersebut akan mendapatkan pendapatan hingga Rp 8 triliun dalam satu tahunnya.