Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menginginkan
BUMN untuk saling rukun dan menjadi penyeimbang pasar. Menurut Erick, upaya
menjaga keseimbangan sehingga dapat memajukan perekonomian tersebut adalah
bagian dari transformasi BUMN.
Baca juga: Pasca Menang PKPU, Erick Thohir Yakin Garuda Indonesia Kembali Bangkit
"Artinya keseimbangan. Tidak mungkin ekonomi kita
tumbuh kalau tidak rukun dan tidak ada keseimbangan, itu lah fungsi intervensi
dari BUMN," ujar Erick di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (17/6/2022).
Saat ini, dua hal yang menjadi fokus untuk mewujudkan
keseimbangan adalah pendanaan dan pendampingan. Oleh karena itu, Erick telah memetakan
fokus masing-masing bank BUMN agar tidak terjadi persaingan dalam sektor pembiayaan korporasi besar dan
melupakan UMKM.
"Perbankan kita fokuskan. Dulu, BNI, BRI, Mandiri,
semua rebutan korporasi, semua bikin kartu kredit, buat apa, akhirnya terjadi
kesenjangan, yang kecil tidak merasa diurusi dan yang besar selalu
disalahkan," kata Erick.
Erick juga telah menugaskan Bank Mandiri untuk fokus pada korporasi,
BRI dapat mengurus pasar UMKM, dan BNI menjadi bank internasional yang berorientasi
ekspor produk Indonesia.
"BRI waktu saya datang (menjabat Menteri BUMN) 80
persen pinjaman korporasi besar, tidak bisa. BRI harus fokus merajut UMKM. kita
gabungkan BRI, PNM, Pegadaian. Kemarin rights issue BRI Rp 96 triliun terbesar
di Asia Tenggara, nomor dua di Asia, dan nomor tujuh dunia. Artinya tidak hanya
pakai modal pemerintah tapi lewat aksi korporasi yang dipercaya market,"
imbuhnya.
Baca juga: Erick Thohir Dorong BUMN Untuk Menjadi Penyeimbang Pasar Indonesia
Selain itu, menurut Erick fokus model bisnis yang dijalankan
oleh BANK BUMN ini akan berdampak baik pada kinerja BUMN dan ekosistem ekonomi
nasional.
"BUMN juga harus seimbang, korporasinya mesti untung supaya dapat intervensi. Kalau BUMN tidak sehat dan rugi, bagaimana bisa mendorong dan intervensi. Alhamdulillah, dengan transformasi kita dapat menggenjot laba bersih BUMN secara konsolidasi dari Rp 13 triliun pada 2020 menjadi Rp 126 triliun pada 2021," ucap Erick.