Munir yang merupakan aktivis HAM yang meninggal pada 7 September 2004 karena diracun di udara, tepatnya di pesawat Garuda Indonesia yang terbang dari Jakarta menuju Amsterdam. Berikut fakta lengkapnya.
Pemilik nama asli Munir Said Thalib yang beragama Islam yang lahir di Malang 8 Desember 1965 ini, mendapatkan penghargaan “The Rights Livelihood Award” dari pemerintah Swedia pada tahun 2000 karena kegigihannya dalam menjadi seorang aktivis HAM.
Diselimuti misteri
Kematian seorang aktivis HAM yang mempunyai keturunan Arab ini, tidak terasa sudah 17 tahun berlalu dan masih terselimuti misteri. Sebab, hingga kini belum ditemukan tokoh intelektual yang menjadi dalang kematian alumni Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini.
Baca Juga: Profil dan Biodata Munir Said Thalib, Aktivis HAM yang Dibunuh di Pesawat 17 Tahun Lalu
Meninggal saat melanjutkan studi
Munir, kala itu berusia 39 tahun dan dalam perjalanan ke Amsterdam, Belanda untuk melanjutkan studi di Universitas Utrecht menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan nomor GA-974.
Sempat mengalami kesakitan
Sekitar dua jam sebelum kematiannya, aktivis HAM yang diabadikan namanya menjadi sebuah museum HAM pertama di Asia Tenggara ini, sempat mengalami kesakitan.
Diracun Arsenik
Berdasarkan hasil outopsi otoritas Belanda Munir Said Thalib, meninggal karena diracun arsenik yang terdapat dalam tubuhnya.
Banyak kejanggalan
Terdapat banyak kejanggalan pada kasus meninggalnya Munir, aktivis HAM. Seperti, Pollycarpus yang diketahui menelponnya untuk memastikan naik dalam penerbangan pesawat Garuda Indonesia penerbangan Jakarta-Belanda.
Baca Juga: Rekam Jejak Pollycarpus Budihari Priyanto, Diduga Pembunuh Munir yang Meninggal Karena Covid-19
Hilangnya bukti
Saat masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sempat membentuk sebuah tim untuk pencari fakta dan mencari kebenaran kasus ini. Dokumen hasil investigasi diserahkan secara langsung kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 24 Juni 2005.
Sayangnya, dokumen itu hilang di masa pemerintahan Jokowi pada pertengahan Februari 2016.