Vaksin Nusantara yang dikembangkan oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, belum bisa lanjut ke tahap uji klinis lanjutan. Hal ini diungkapkan langsung oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Vaksin nusantara ini menjadi bahan perbincangan lantaran berbasis sel dendritik, pengerjaan vaksin yang dianggap rumit, serta harga yang relatif dibandingkan yang lainnya oleh para peneliti.
Lebih lanjut baru-baru ini efek sampingnya ringan hingga berat itu diumumkan Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM.
Fakta-fakta menarik efek buruk vaksin nusantara dirangkum correcto.id dari berbagai sumber:
1. Vaksin Nusan Tara Awalnya Bernama Vaksin Joglosemar
Vaksin Nusantara digarap oleh PT Rama Emerald Multi Sukses. Humas Rama Pharma menyebut, teknologi dendritik didapat dari kerjasama dengan AIVITA Biomedical Inc. asal California, AS.
Namun, produksi dan distribusinya dilakukan secara independen mengandalkan alat dan bahan yang dipasok sendiri.
Adapun penelitian Vaksin Nusantara dilakukan oleh peneliti dari RSUP dr Kariadi Semarang, Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
2. Relawan Vaksin Nusantara Mengalami Efek Samping Ringan Hingga Berat
Kepala BPOM Penny K Lukito mengungkap dari data evaluasi uji klinis tahap I bahwa sebanyak 71,4 persen relawan vaksin Nusantara mengalami Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD).
"Sebanyak 20 dari 28 subjek mengalami KTD, meskipun dalam grade 1 dan 2," ujarnya.
Selain itu terdapat KTD grade 3 pada enam subjek dengan rincian, yaitu satu subjek mengalami hipernatremia, dua subjek mengalami peningkatan blood urea nitrogen (BUN) dan tiga subjek mengalami peningkatan kolesterol.
Baca Juga: Fakta-fakta Jakarta Duduki Posisi Ke-20 Kota Termahal di Dunia
3. Vaksin Nusantara Berbasis Sel Dendritik
Vaksin nusantara disebut sebagai vaksin personal berbasi sel dendritik.
Menurut ahli biologi molukuler Indonesia, Ahmad Utomo menjelaskan bahwa vaksin konvensional termasuk vaksin Sinovac, Pfizer, AstraZeneca, dan sebagainya mengandalkan sel dendritik yang sudah ada di dalam tubuh manusia.
Berbeda dengan vaksin konvensional lainnya, vaksin Nusantara dibuat dengan mengeluarkan sel dendritik dari dalam tubuh, kemudian memasukkannya lagi.
Cara mengeluarkan sel dendritik, ahli akan mengambil darah orang yang akan divaksin.