Seorang mantan narapidana teroris bernama Haris Amir Falah mengatakan ada perubahan pola rekrutmen teroris. Dia mengatakan dulunya direkrut melalui tatap muka kini via media sosial atau medsos.
Haris menjelasakan calon teroris bisa melakukan dialog tanpa bertemu tatap muka dengan pembinanya. "Sekarang itu, karena teknologi canggih, ya orang bisa direkrut tanpa bertemu muka. Mereka bisa aktif berdialog dan dibina lewat media sosial," ujar Haris dalam Diskusi Polemik MNC Trijaya "Bersatu Melawan Teror", Sabtu (3/4/2021).
Baca Juga: Fakta-fakta Aksi Koboi Muhammad Farid Andika di Jalanan, Todongkan Pistol
Haris menuturkan, sejumlah platform media sosial yang kerap dijadikan medium indoktrinasi serta rekrutmen teroris adalah Facebook dan Telegram.
Namun, Haris tetap menilai orang-orang yang direkrut untuk melakukan aksi teror adalah pelaku sekaligus korban. Sebab, ada usaha para pemimpin kelompok teroris agar setiap orang yang didekati bisa diprogram hingga bersedia dibaiat.
"Ya boleh dibilang (calon pengantin itu) pelaku dan korban. Artinya karena ada usaha yang terprogram dari orang tertentu yang terus mencari mangsa, merekrut, membina, sampai kemudian mereka mau berbaiat," kata Haris.
Baca Juga: Teroris Simpatisan FPI yang Ditangkap Densus 88 Mengaku Ingin Ledakkan Industri China
Pembaiatan orang yang masuk jaringan teroris pun kekinian semakin canggih. Tak lagi perlu bertatap muka, tapi melalui daring.
"Kini baiat bisa dilakukan di kamar sendiri, pemimpinnya membimbing," katanya.