Beji Pura Tirta Sudamala, di Desa Pakraman Bebalang, Bangli, terdapat sebuah malukat memiliki cerita misteri.
Jero Mangku Ketut Kariasa menceritakan ihwal kisah-kisah yang ia dengar dari pamedek (pengunjung red).
Pemangku Pura Puseh ini mengisahkan, beberapa pamedek yang datang merasakan berbagai hal di area malukat.
Baca Juga: Cerita Misteri Pulau Onrust di Jakarta, Konon Tempat Makam Keramat hingga Dihuni Hantu Maria
“Semuanya kembali kepada diri masing-masing, dasarnya keyakinan dan merasakan pembersihkan karunia dari Ida Bhatara. Kadang ada yang merasakan airnya di tempat malukat malah panas. Padahal airnya dingin dan sejuk,” jelasnya.
Bahkan terkadang ada yang pingsan di area malukat.
“Kadang-kadang ada pamedek yang tidak mau malukat, malah lari terbirit-birit dia,” jelas jero mangku.
Saran pemangku, apabila pamedek merasakan hal-hal demikian maka dilanjutkan saja panglukatannya.
Sehingga benar-benar mendapatkan anugerah kesembuhan dari Ida Bhatara-Bhatari yang malinggih di sana.
Namun jero mangku mengingatkan, bagi yang cuntaka tidak diperkenankan melakukan panglukatan.
Jika malukat harus menggunakan pakaian adat madya.
Kemudian pantangan lainnya, karena dalam prosesi malukat ada gerakan menengadah di sebuah klebutan (cengkuwung).
Tepatnya di bawah palinggih Padmasana. Maka pamedek yang memiliki riwayat sesak nafas, dan penyakit jantung tidak diperkenankan melakukan hal tersebut (tengadah).
Dalam proses pembersihan, kata jero mangku, semuanya harus dilakukan dengan ikhlas dan tanpa paksaan. Namun keselamatan pamedek adalah hal yang utama.
Termasuk juga apabila air sungai Sangsang sedang naik, maka pamedek tidak diperbolehkan malukat di area sungai.
Karena kebetulan di area sungai ada dua pancoran di sisi timur dan barat. Dimana untuk mencapainya pamedek harus melewati sungai dengan arus cukup kuat tersebut.
Khusus mengenai menengadah, jelas jero mangku, fungsinya adalah ‘matutuk’ atau air yang masuk melalui lubang hidung.
Baca Juga: Kisah Misteri Lapangan Kampung Sewu, Konon Pernah Diteror Hantu Banaspati
Membuat pamedek muntah atau bersin, dan hal tersebut juga dimungkinkan terjadi apabila ada energi negatif di tubuh pamedek.
Begitu juga anak kecil, jangan dipaksakan ikut prosesi menengadah ini jika tidak kuat. Intinya sesuaikan dengan kondisi badan serta kesehatan masing-masing pamedek. Sementara prosesi lainnya, sama layaknya malukat di tempat lain.
Memohon sembahyang, baru malukat dengan mencocorkan kepala di pancoran.
Lalu kumur tiga kali, cuci muka tiga kali, keramas tiga kali, bersihkan seluruh tubuh, dan terakhir minum sebanyak tiga kali.
“Air di tempat malukat sumbernya dari klebutan, dan memang sudah bisa langsung diminum,” jelasnya.
Begitu juga air di pancoran di sungai sisi timur dan barat, sumbernya adalah dari klebutan dari dalam tanah di dekat pohon beringin area atas pura.
“Sebab walaupun air sungai keruh, air yang berada di pancoran tidak keruh namun tetap bersih,” tegasnya.
Sebab sumber mata airnya berbeda. Pemangku menjelaskan, air Tirta Sudamala, sesuai namanya memiliki arti tersendiri.
Tirta, adalah air yang sudah disucikan. Sudamala yang secara garis besar adalah pembersihan kotoran. Sehingga Tirta Sudamala, adalah air suci yang membersihkan kotoran dalam diri manusia baik sekala maupun niskala.
Khususnya membersihkan diri dari energi negatif. Banyak yang datang kemudian memohon agar mendapatkan pembersihan diri, agar sehat lahir batin.
Walau demikian, semuanya kembali kepada kepercayaan masing-masing pamedek.
Tata cara malukat terpampang jelas di sebuah papan di area pura. Pamedek yang datang malukat di Beji Pura Tirta Sudamala, diwajibkan menggunakan pakaian adat madya dan membawa pejati dua tanding.
Pejati pertama dihaturkan di ajeng (depan) palinggih Padmasana. Setelah pemangku ngastawayang dan matur piuning banten pejati tersebut.
Maka pamedek sembahyang menghadap ke arah pancoran atau Padmasana. Memohon apa yang diinginkan di sana.
Setelah itu baru malukat, dimulai dari masuk ke dalam sungai. Dan mencari pancoran di sebelah barat. Tidak lupa menghaturkan canang asebit sari.
Baca Juga: Cerita Misteri Pura Pangkung Pastu yang Sangat Angker dan Mistis
Kemudian dilanjutkan ke pancoran yang di sebelah barat, didahului juga dengan menghaturkan canang asebit sari.
“Karena arus sungai cukup kuat, jadi jika airnya besar pamedek tidak perlu masuk ke sungai,” jelas jero mangku. Namun jika airnya biasa saja, pamedek boleh malukat dimulai dari sungai.
Rentetannya dilanjutkan ke area klebutan sebelah timur, dan ke pancoran sebelah timur.
“Ada pancoran di timur, dan ada dicekungan. Baru ke panglukatan utama yakni 9 pancoran, ditambah 2 lagi menjadi 11 pancoran,” sebutnya.
Lalu meminta tirta panglukatan, setelah itu berganti pakaian dan naik ke atas ke area pura.
“Nah pejati kedua dihaturkan ke pura ini, menghaturkan terimakasih kepada beliau,” jelasnya.