Jero Arimbawa menuai berbagai kisah mistis ketika dirinya datang ke Pura Melanting Jambe Pole, di Padang Galak, Kesiman, Denpasar, Bali. Kisahnya terjadi tahun 2011 lalu.
Dia mengatakan, Pura Melanting Jambe Pole itu kondisinya tidak seperti sekarang. Dulu pura ini masih semak belukar. Saat itu, sepulang kerja ia langsung datang ke pura tanpa mandi dan bersih-bersih terlebih dahulu.
Baca Juga: Cerita Mistis Ketua RT Lihat Burung Gagak Mengitari Rumah Korban Pembunuhan di Bali
Ia datang berdua dengan temannya dari Kesiman, lalu mereka melahap makanan karena lapar. Tanpa peduli apapun mereka menyantap makanan berdua di jaba sisi pura.
Entah bagaimana, palinggih di gedong pintunya terbuka dan tertutup dengan sendirinya. Padahal tidak ada angin, dan tidak ada yang menggerakkan.
“Saya melihat itu kaget, tetapi tidak bisa bangun. Karena badan saya tidak bergerak, kaku dan lemas,” katanya.
Tiba-tiba datanglah angin kecil di depannya. Angin itu langsung masuk ke ajeng pura. Baru 15 menit kemudian, Jero Arimbawa bisa ke ajeng palinggih itu, dan itupun harus merangkak. Akhirnya ia menghaturkan dupa, dan meminta maaf kalau ada kesalahan.
“Nah mungkin saja saya memperkirakan ada kesalahan, mestinya kan saya mandi dulu dan menghaturkan rarapan di pura sesuai etika,” jelasnya.
Pengalaman mistis lainnya, ia juga pernah melihat pohon pole hilang. Suatu ketika, ia tidur di depan pura. Lalu ada angin yang membangunkannya, datang dari semak belukar di antara pohon asam Jawa.
Area itu adalah semak belukar bekas Taman Festival Bali. Sebab pura ini memang berada di tengah-tengah Taman Festival Bali, Padang Galak, Kesiman, Denpasar. Tepatnya berada di pinggir sungai Ayung, yang bermuara ke pantai Padang Galak.
Jero Arimbawa yang sadar akan hal itu, tiba-tiba saja terbangun dan melihat ada apa di antara pohon dan semak itu.
Tak dinyana, ada kuyang terbang di sana. Kepala wanita berambut agak ikal, terbang hanya dengan isi jeroannya.
Ia kaget dan terdiam melihat kuyang ini terbang, keliling sebanyak tiga kali lalu hilang. Karena takut, ia lalu bangun dan hendak ke luar ke depan jalan raya.
Sebab saat itu sudah malam dan sekitar pukul 00.00 Wita. Namun begitu ia bangkit, tiba-tiba saja angkul-angkul Pura Melanting Jambe Pole di depannya terbuka sendiri.
Perlahan ia mendengar suara angsa dari dalam pura, lalu ada angin dan hilang di area petirtan di sana. Anehnya lagi, ia melihat ada jejak perjalanan ular di tanah. Entah mengapa, beberapa menitnya pohon pole yang tadinya hilang kembali lagi.
Baca Juga: Cerita Mistis Rumah Karunrung di Makassar, Ada Kuntilanak Membawa Anak Kecil
“Ada juga pamedek yang pernah makemit di sini, lalu dilihatlah ada api muncul di pohon pole. Sampai ia tidak jadi melanjutkan makemit dan mepamit pulang,” sebutnya.
Pura ini memang dikenal bisa memberikan tamba, bahkan kawisesan bagi yang menginginkannya. Suatu ketika, ada pamedek yang bingung dan kerap dikatakan gila atau sakit karena bebai datang.
“Pamedek itu meminta kepada saya, agar ia diobati. Namun saya bilang, minta saja di ajeng pura dan malukat di sana,” katanya.
Alhasil dua hari kemudian, pamedek itu datang lagi dan mengaku sudah lebih baikan.
Jero Arimbawa menceritakan bahwa banyak yang stres karena ekonomi dan sebagainya datang ke sana. Ada yang tokonya hampir bangkrut juga datang meminta jalan.
“Artinya yang sudah ditolong, biasanya tetap datang untuk berterimakasih sampai sekarang,” ucapnya.
Ada pula rekannya dari Surabaya, mengadu di pura tersebut usaha cateringnya tidak jalan alias mandeg. Namun beberapa menit kemudian, tiba-tiba telepon masuk. Tak disangka, itu adalah telepon dari Walikota Surabaya, kala itu yang memesan cateringnya 150 box. Setelah itu, maka banyak orang dari Jawa yang datang memohon ke sana.
Di depan Pura Melanting Jambe Pole, ada palinggih Ganapati atau Ganesha yang menghadap ke pura.
“Jadi dahulu itu ada batu kembung, yang ia ukir dengan cater. Awalnya itu kegiatan iseng saja, dan saya gunakan batu itu sebagai bantalan diletakkan di bale santai depan pura,” katanya.
Anehnya batu itu pindah sendiri. Lalu ia taruh lagi di pojokan, besoknya pindah lagi ke tempat yang kemarin. Kemudian petang harinya, sekitar jam 7 ada dua anak kecil laki-laki dan perempuan datang menangis ke depannya.
Ia menggambarkan ukuran anak-anak ini hanya 80 Cm, dan ia menduga mereka adalah kundala dan kundali.
Baca Juga: Kisah Mistis Pembuat Peti Mati di Surabaya, Kerap Didatangi Berbagai Sosok Gaib ini
“Mereka bilang anak dari ratunya gamang di sini (area Taman Festival Bali), lalu mereka tidak ingat jalan mau pulang ke mana,” jelasnya.
Akhirnya Jero Arimbawa mengatakan, agar mereka diam saja di sana, sebagai penjaga di mana kundala dan kundali itu sebagai ancangan yang bersifat maya. Atau sebagai ratu dan rajanya yang menguasai seluruh areal Taman Festival Bali.
Ada pula di dekat area malukat, patung lingga yoni sebagai simbol Dewa Siwa. Area malukat sendiri, berasal dari mata air yang airnya tawar tidak payau. Walaupun di sana dekat dengan sungai Ayung dan pantai Padang Galak.