Di Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim), terdapat sebuah pohon yang berdiri tepat di Danau Melintang bernama Pohon Setia Raja memiliki cerita misteri.
Hery Cahyadi yang merupakan salah satu tokoh masyarakat Desa Muara Enggelam, mengaku cerita misteri dari Pohon Setia Raja itu menjadi bagian hikayat Kerajaan Kutai terdahulu.
Baca Juga: Teror Ular Kobra, Keluarga di Sleman ini Tuai Cerita Mistis
“Kenapa dinamakan pohon setia raja? Dahulu kala Sultan Kutai ingin mendirikan Masjid Agung dan membutuhkan tiang utama yang kokoh dan kuat. Kami menamakannya tiang guru,” ujar Hery saat memulai ceritanya.
Maka disebarlah empat orang ke segala penjuru Kutai. Utusan ini terdiri dari pangeran dan putra mahkota. Ada yang ke sungai, ada yang ke pesisir, ada yang ke kawasan pegunungan, dan ada pula yang ke danau yakni Danau Melintang. Utusan yang ke Danau Melintang adalah putra mahkota.
Saat putra mahkota Bersama hulu balang dan rombongan tiba di Danau Melintang, mereka dicegat oleh sekelompok makhluk gaib. Penghuni Danau Melintang itu bertanya tujuan rombongan ke Danau Melintang.
“Sang putra mahkota menjelaskan kalau mereka ingin mencari kayu paling kuat di daerah tersebut dan dijawab oleh makhluk gaib tadi yakni kayu bangkirai. Putra mahkota meminta diantarkan ke lokasi dan diizinkan untuk mengambil kayu,” sambungnya.
Usai batang kayu bangkirai diambil dan hendak pulang, makhluk gaib meminta kepada putra mahkota untuk dijadikan bagian dari Kesultanan Kutai. Permintaan itu tak langsung disetujui karena putra mahkota harus meminta ijin ke Sultan Kutai.
Putra mahkota kemudian Kembali ke ibukota kerajaan Kutai dan menceritakan kisahnya kepada sultan. Sultan pun merespon dan meminta putra mahkota kembali ke Danau Melintang menyampaikan kabar persetujuannya.
“Bawa tongkat ini sebagai tanda bahwa mereka sudah menjadi bagian dari Kerajaan Kutai dan bisa mengabdikan diri,” kata Sultan seperti ditirukan Hery.
Putra Mahkota kemudian kembali ke Danau Melintang dan menemui makhluk gaib. Tongkat tadi kemudian ditancapkan di tempat mereka dicegat saat pertama kali berjumpa.
Tongkat itu kemudian menjadi perkampungan gaib sebagai simbol kesetiaan mereka kepada raja. Di kawasan itu tumbuh pohon rengas yang kini disebut sebagai pohon setia raja.
“Itu menjadi penanda kesetiaan mereka kepada sultan dan kini menjadi kota gaib yang besar, megah, dan modern,” sebut Hery.
Sebagai orang asli Kutai, Hery meyakini kebenaran kisah tersebut. Apalagi sudah banyak orang yang menyaksikan sendiri kemegahan kota gaib itu.
Suatu hari, Hery bercerita, rumahnya kedatangan tamu dari Kota Tenggarong. Rumah Hery saat itu masih berbentuk rakit yang mengapung dan menjadi ciri khas rumah warga Desa Muara Enggelam dahulu kala.
Saat subuh, istri Hery yang hendak menuju dapur sempat melihat tamunya berbaring di ruang tamu. Tak lama berselang, dia menoleh dan tak melihat tamunya.
“Istri saya langsung mencari keberadaan tamu itu ke seluruh penjuru rumah namun tak kunjung ketemu. Tak lama berselang tiba-tiba sudah ada berbaring lagi di ruang tamu,” ujarnya.
Keesokan pagi, Hery memberanikan diri bertanya kepada tamunya pergi ke mana subuh tadi.
“Dia menjawab kalau diajak melihat sebuah kota gaib di sekitar pohon setia raja. Kotanya sangat megah dan disebut kampung gaib setia raja,” sebutnya.
Baca Juga: Kisah Misteri Ebu Gogo, Makhluk Mitologi dari Flores
Di beberapa cerita lain, sambung Hery, ada rombongan yang datang ke desa itu. Saat berada di desa, seorang dari mereka video call dengan istrinya yang berada di Kota Tenggarong.
“Istrinya melihat ada orang di belakang suaminya. Ditanya sama istrinya itu siapa, teman yang mana. Dijawab suaminya tidak ada teman lain,” cerita Hery.
Istrinya melihat ada orang lain di belakang suaminya yang berpakaian ala kesultanan seperti singa. Tak lama berselang orang gaib tersebut hilang sebelum sempat screen capture oleh istrinya.
Soal kehidupan kota gaib itu, Hery mengaku memang susah untuk dibincangkan sebagai sesuatu yang harus dipercayai oleh siapapun. Namun, kisah-kisah tersebut dipercaya oleh warga desa yang mayoritas bersuku Kutai.
“Saya pernah dibawa dan diperlihatkan itu ya saya cerita apa adanya. Kalau orang mendengar pasti bingung juga karena mereka tak pernah melihat di situ,” sebutnya.
Hery menjelaskan, kota gaib itu luar biasa megah dengan kehidupan yang modern. Kemegahan itu, kata Hery, sulit dijelaskan.
Pohon setia raja berdiri kokoh di Danau Semayang membuktikan kesetiaannya kepada alam. Di belakangnya, perkampungan warga berdiri berjajar mengikuti aliran Sungai Enggelam.