Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berkunjung ke lokasi produksi GeNose di Science Techno Park (STP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Kalasan, Kabupaten Sleman. Ganjar berencana memesan 100 unit alat deteksi corona buatan UGM itu.
"Saya mau pesen 100 tapi baru ada 32 (unit)," kata Ganjar.
"Ternyata ini baru 10 hari berproduksi karena izin edar baru keluar. Saya ke sini untuk melihat seperti apa kondisinya, sekaligus saya ngetes sendiri tadi bagaimana cara kerjanya," sambungnya.
Baca Juga: Jokowi Minta Gubernur di Vaksin Setelahnya, Ganjar Pranowo Siap Jadi Pertama di Jateng
Lebih lanjut Ganjar menganggap GeNose sangat efektif untuk meningkatkan upaya tracing COVID-19. Cara kerjanya sangat simpel dan waktu yang dibutuhkan sangat cepat, yakni maksimal tiga menit.
"Hanya dengan niup napas kita, kemudian diukur dengan alat ini, tiga menit sudah keluar hasilnya apakah positif atau negatif. Ini waktu yang sangat cepat, dibanding dengan tes lain misalnya PCR. Jadi nantinya laboratorium tidak pusing lagi, masyarakat juga tidak sakit lagi karena harus diswab, cukup nyebul saja sudah keluar hasilnya," jelasnya.
Ganjar mengaku begitu alat ini dikirim maka Pemprov Jateng akan langsung menggunakannya. Ia juga belum membeberkan 32 GeNose ini akan ditempatkan di mana saja.
"32 (GeNose). Ditempatkan di beberapa tempat nanti kadinkes menyiapkan," sebutnya.
Baca Juga: Daftar Lengkap Kegiatan Masyarakat yang Dibatasi Imbas PSBB Jawa-Bali
Ia juga menyebut harga dari GeNose sangat murah, yakni Rp62 juta. Dengan harga segitu dan satu alat bisa digunakan untuk mengetes 100.000 orang. Kalkulasinya jauh lebih murah dibanding alat tes COVID-19 lainnya.
"Kalau kita bicara politik kesehatan, maka ini sangat murah karena bisa mengcover banyak orang. Kalaupun masyarakat harus bayar sendiri untuk tes ini, kisarannya kantongnya Rp15.000 dan biaya tambahan lainnya total hanya Rp 25.000, maka sangat terjangkau. Tapi kalau dibiayai negara, ini jauh lebih murah. Bandingkan dengan PCR tes yang harganya bisa Rp 900.000 per tes," urainya.