Rumah Mayat Kulambu yang merupakan tempat pemakaman suku Dayak Taman yang tidak dikubur dalam tanah, melainkan meletakkannya di Rumah Mayat tersebut. Hal ini masih terlestari di Desa Ariung Mendalam, Kecamatan Putussibau Utara, Kapuas Hulu.
Pemakaman adat ini sudah ada sejak tahun 1906. Pemakaman ini hanya khusus bagi suku Dayak Taman beserta keluarga, serta anak keturunannya. Total ada 14 rumah Kulambu tempat para jenazah disemayamkan.
Baca Juga: Cerita Mistis Mbah Lasimin 2 Hari Hilang di Hutan Ditemukan Lemas Diguyur Hujan Seharian
Di setiap Kulambu, jenazah tersebut disimpan dalam peti mati kayu. Ada perbedaan antara peti mati laki-laki dan perempuan.
"Kalau laki-laki, dia agak besar. Kalau perempuan lebih ramping. Kalau yang meninggal perempuan masih muda, rambutnya tidak boleh dimasukkan ke dalam peti, harus digerai ke luar peti mati. Ada pamalinya," kisah Giling yang merupakan juru kunci makam tersebut.
Baca Juga: Kisah Mistis Sebuah Gundukan Tanah di Kompleks FKG UGM, Pekerja Pernah Alami Hal Ngeri ini
Pamalinya, nanti arwah si wanita ini bisa tidak tenang. Kemudian arwah itu akan pergi menghantui keluarganya, bahkan bisa turut serta membawa anggota keluarga yang dikasihinya (misalnya anak) untuk menyusul dirinya ke alam lain.
Sebelum diletakkan di Kulambu, jenazah sudah dibalsem agar awet. Bersama dengan peti mati si jenazah, diletakkan pula benda-benda kesayangan yang digunakan si jenazah semasa hidup. Ada yang membawa radio, alat ladang, bahkan pakaian. Pakaian itu ada yang diletakkan di dalam tas, bahkan koper.
Tidak bisa sembarangan untuk bisa dimakamkan di Rumah Mayat Kulambu. Harus melalui ritual adat yang disebut Gawai Mulambu, berupa pesta adat memberi makan sajian bagi keluarga dan para tamu undangan selama beberapa hari. Biaya untuk menggelar pesta adat ini tidak sedikit, bisa mencapai lebih dari Rp 200 juta.
"Harus ada pesta yang meriah. Gawai Mulambu. Jenazah dibawa ke sini pakai kapal dan disambut tembakan meriam dan iringan musik. Semua orang datang dan memberi penghormatan. Tamu yang datang diberi sajian, potong babi," kata Giling.
Baca Juga: Kisah Mistis Penghuni Solo Technopark Diganggu Suara Aneh
Selama menjadi Juru Rawat Rumah Mayat Kulambu, sudah tak terhitung lagi berapa banyak pengalaman mistis yang dialami oleh Giling. Kebanyakan adalah suara-suara, dari suara menangis, ribut-ribut hingga suara binatang pun pernah dia dengar, tapi tak sekalipun melihat wujudnya. Oleh karena itu, Giling hanya berani berkunjung ke sini saat siang hari. Giling juga harus membawa serta teman untuk ke sini.
Rumah Mayat Kulambu ini pun ditetapkan jadi Benda Cagar Budaya oleh Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu. Namun sayang, karena dimakan usia, kondisi beberapa Kulambu sudah sangat memprihatinkan. Ada yang reyot, bahkan miring dan nyaris roboh.
Sumber: Detik.com