Jembatan Balitex di Kesiman, Denpasar, Bali, memiliki cerita misteri yang sangat horor. Pasalnya, beberapa warga percaya sewaktu waktu ada terdengar panggilan gaib pembawa petaka.
Hal ini juga tidak terlepas dari kisah I Gede Mecaling yang kini dikenal dengan nama Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling kerap datang dari Nusa Penida ke Kesiman, Denpasar, Bali.
Baca Juga: Kisah Misteri Ketut Arya, Dipercaya Diculik Jin dan Ditemukan di Atas Pohon Aren dengan Posisi Aneh
“Konon beliau datang menggunakan perahu, dari Nusa Penida langsung masuk ke sungai dan tiba di Kesiman. Makanya di bawah sungai sekarang ada batu perahu,” sebut I Wayan Turun, warga Banjar Kedaton, Desa Adat Kesiman, Denpasar.
Batu ini cukup besar, sebagai tanda perjalanan Ratu Gede Mas Mecaling. Ratu Gede Mas Mecaling datang ke Kesiman dengan membawa 15 bhuta kala yang mengiringinya.
Setelah itu, di Pura Maling Kiuh, Ratu Gede Mas Mecaling sangkep atau rapat untuk mencari tetadahan (korban/tumbal) di Kesiman.
Baca Juga: Cerita Misteri Objek Wisata Sungai Cipamingkis, Konon Dihuni Sosok Wanita Cantik Berbaju Hijau
“Makanya pada zaman dahulu, ketika jalanan tidak seramai sekarang. Jika ada yang memanggil dari luar meminta ayam, tetapi wajahnya tidak terlihat jangan disapa balik,” katanya.
Bunyi panggilan gaib itu ‘idih siape sik’ yang berarti minta ayam satu. Konon jika seseorang menggubris panggilan entah dari siapa itu, maka malapetaka akan terjadi.
Bahkan yang terburuk adalah orang yang membalas panggilan itu bisa meninggal dunia. Kemudian ada aturan lain, ketika tepat jam 12 siang, tidak boleh berjalan di jalan raya.
Karena Ratu Gede Mas Mecaling sedang keluar dan berjalan bersama bhuta kala.
“Demikian kepercayaan di Desa Adat Kesiman yang diceritakan dari dahulu,” katanya.
Baca Juga: Kisah Mistis Sopir Ambulans PMI Yogyakarta, Sering Ditakuti Sosok ini
Satu di antara bhuta kala pengiring Ratu Gede Mas Mecaling adalah I Kala Baung, yang menguasai pinggir pantai.
Agar tidak terjadi malapetaka, maka setiap kedatangan Ratu Gede Mas Mecaling dihaturkan hidangan.
Berupa bebantenan di Pantai Biaung oleh Mangku Dalem Wresana.
Setelah itu, pada sasih kesanga Desa Adat Kesiman yang menghaturkan hidangan atau bebantenan di Padang Galak.
Sebelum akhirnya Ratu Gede Mas Mecaling kembali ke Dalem Ped, Nusa Penida, lewat laut.