Pemerintah melalui Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, mengatakan tidak memilih vaksin corona dari Pfizer dan Moderna untuk memvaksinasi masyarakat Indonesia.
Hal ini disebabkan, kata Erick penentuan merek vaksin atau jenis vaksin memang ranahnya berada di Kementerian Kesehatan. Adapun Kemenkes juga menentukannya merek vaksin berdasarkan data yang ada di list WHO dan vaksin tersebut sudah melalui uji klinis.
Pengadaan vaksin oleh pemerintah ke Indonesia, baik dari Sinovac, Novavax, maupun AstraZeneca telah memenuhi persyaratan infrastruktur rantai dingin Tanah Air yang saat ini berkisar di suhu 2 derajat - 8 derajat celcius.
Baca Juga: Daftar Harga Vaksin Corona yang Tingkat Efektivitasnya Mulai 70 sampai 90 Persen
"Tentu sebagai catatan tambahan, vaksin yang akan dibeli pemerintah harus memenuhi syarat rantai dingin yang digunakan di Indonesia yakni 2 derajat hingga 8 derajat Celcius," jelasnya dalam cara virtual, Selasa 24 November 2020.
Sedangkan untuk Pfitzer membutuhkan suhu -70 derajat celcius dan Moderna butuh -20 derajat celcius. Maka dari itu Erick mengatakan vaksin yang akan digunakan Indonesia tentu harus Chold Chain Friendly. Sebabnya untuk membongkar sistem distribusi rantai dingin di Indonesia perlu waktu.
Baca Juga: Pilkada 2020 Tetap Dilakukan Meski Kasus Positif Corona Sentuh Setangah Juta
Perihal vaksin yang akan disuntikkan ke masyarakat, Erick menjelaskan sesuai dengan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 99 Tahun 2020. Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona, di periode awal imunisasi usia yang akan divaksinasi di rentang usia 18-59 tahun.
Adapun targetnya 67% dari kelompok usia tersebut diimunisasi.