Membuat sebuah vaksin harus melalui proses yang panjang, terutama vaksin corona. Setelah vaksin tersebut ditemukan, hanya bertahan sekitar 7 bulan di dalam tubuh.
Pernyataan tersebut datang dari Guru Besar Virologi dan Molekuler Universitas Udayana I Gusti Ngurah, Mahardika.
Mahardika mengatakan, setidaknya dalam membuat vaksin yang aman harus memperhatikan 3 aspek. Yaitu:
1. Aspek Daya Guna
Orang yang mendapatkan vaksin menjadi kuat sehingga kebal terhadap virus
2. Aspek Keamanan
Vaksin diuji dari masa pra klinis pada hewan, fase I yang ngelibatin puluhan relawan, fase II yang ngelibatin ratusan relawan dan fase III ngelibatin ribuan relawan bahkan lebih.
Setelah dinyatakan lulus semua uji, vaksin bakalan mendapatkan syarat supaya bisa diedarin ke masyarakat luas. Vaksin yang udah beredar pun bahkan masih akan terus dievaluasi.
3. Aspek Kualitas/Kemurnian
Vaksin nggak boleh tercemar bakteri, jamur ataupun hal lain yang nggak diharapkan. Kemurnian vaksin juga termasuk kandungannya.
Kemudian, pembuatan vaksin juga akan diaudit buat menjamin proses keamanan vaksin. Audit dilakukan untuk vaksin yang diproduksi sendiri ataupun vaksin produksi luar negeri.
Untuk menyatakan vaksin itu aman, prosesnya sangatlah panjang.
Baca Juga: Vaksinasi Desember Gunakan Vaksin Sinovac dari China
Setelah vaksin tersebut berdar, perlu adanya audit yang ketat untuk menjamin vaksin tersebut aman untuk beredar di tengah masyarakat.
Soal ketahanan vaksin corona dalam tubuh, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Institute of Molecular Medicine (IMM) Joao Lobo Antunes di Lisbon, Portugal, membuktikan bahwa antibodi Covid-19 bisa bertahan hingga 7 bulan setelah infeksi pada 90% pasien.
Hasil studi itu juga menunjukan produksi tingkat antibodi ditentukan oleh tingkat keparahan penyakit, bukan berdasarkan usia orang yang terinfeksi.
Hasil penemuan ini dapat membantu pengembangan vaksin yang masih berjalan hingga saat ini.
Sebelumnya, pemerintah akan menggunakan vaksin sinovac dari China untuk vaksinisasi pada minggu ketiga Desember 2020. Pernyataan tersebut datang dari PT Bio Farma (Persero) menyebut kandidat vaksin virus corona adalah vaksin sinovac dari China.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menegaskan vaksin import yang tidak dilakukan uji klinis populasi Indonesia ini harus sudah terbukti keamanan dan efikasinya melalui lampu hijau Emergency Use Authorizatiob (EUA) yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia.
Baca Juga: Nasib Ganjil Genap Setelah PSBB Transisi DKI Jakarta Kembali Diperpanjang
Perkembangan kasus positif corona di Indonesia belum ada kata jeda. Pada Minggu 8 November 2020, ada penambahan kasus positif sebanyak 3.880 orang.
Dengan begitu, tambahan kasus corona di Indonesia sebanyak 437.716 orang sementara sehari sebelumnya, jumlah kasus mencapai 433.836. Sedangkan jumlah pasien sembuh bertambah 3.881 orang sehingga kini menjadi 368.298 orang dari sebelumnya 364.417.
Jumlah kasus pasien positif virus corona yang meninggal kini menjadi 14.614 orang.