Tidak dapat dipungkiri, bahwa orang Indonesia memang sangat menyukai cerita yang berbau hal supernatural alias ajaib dan seram. Hal itu, karena Indonesia mempunyai Gunung yang angker dan menyeramkan. Meskipun banyak kisah mistis yang membalut gunung-gunung di Indonesia. Tapi tidak menyurutkan minat para pendaki untuk menikmati keindahan alamnya.
Salah satunya yakni Gunung yang statusnya tidak aktif adalah Gunung Lalakon. Gunung itu menyimpan banyak misteri, salah satunya adalah bentuknya yang menyerupai piramid. Misteri yang tersimpan di balik keindahan sebuah gunung selalu menarik untuk disimak. Jadi, marilah kita bahas misteri Gunung Lalakon lebih dalam.
Gunung Lalakon terletak di Kampung Jelegong, Desa Badaraksa, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung Jawa Barat. Gunung itu berada di sebelah Jalan Terusan Soreang – Cipatik. Dengan tinggi mencapai 870 meter, butuh waktu selama dua jam untuk mencapai puncak gunung dari Desa Badakarsa.
Selain dikenal dengan nama Gunung Lalakon, sebagian orang menyebut gunung itu dengan sebutan Gunung Sabelas. Dalam bahasa Sunda, sabelas berarti sebelas. Hal ini mengacu pada adanya tower milik PLN yang berjumlah dua buah sehingga seperti membentuk angka sebelas kalau dilihat dari kejauhan.
Menurut tokoh masyarakat di Desa Badaraksa yaitu Abah Acu, nama Gunung Lalakon diambil dari sebuah nilai filosofis. Gunung itu melambangkan sebuah kehidupan manusia yang juga berarti lakon. Batu-batu yang terdapat di situs gunung yaitu Batu Lawang, Pabiasan, Warung, Pupuk, Renges, Gajah dan Panjang merupakan representasi berbagai lakon yang dipilih oleh manusia.
Gunung Lalakon konon mempunyai sejarah lain yang dianggap kelam, yaitu menjadi tempat pembuangan bagian tubuh Dipati Ukur. Dipati Ukur merupakan salah satu tokoh dari Jawa Barat yang mempunyai cerita kontroversial. Dia dalam berbagai cerita dianggap sebagai pahlawan tapi juga dianggap sebagai pemberontak.
Dia meninggal setelah mendapat hukuman mati dari Kerajaan Mataram dan tubuhnya dipotong-potong. Puncak Gunung Lalakon menjadi tempat dimakamkan sebagian bagian tubuh bawahnya selain di Gunung Kijang Pananjung.
Di puncak Gunung Lalakon terdapat sebuah kompleks makam. Ada yang mengatakan bahwa makam itu adalah makam Dipati Ukur, ada juga yang mengatakan bahwa makam itu adalah makam Prabu Surialaga Kusumah.
Baca Juga : Seram! Ini Beberapa Cerita Mistis Para Pendaki Saat Mendaki Gunung Merbabu yang Bikin Merinding
Belum ada bukti jelas tentang jasad siapa yang terkubur di makam itu, begitu pun cerita Prabu Surialaga Kusumah. Hanya saja sumber ada yang mengatakan bahwa dia adalah anak dari Adipati Galunggung yang beberapa anaknya dikuburkan di sekitar wilayah tersebut.
Keberadaan makam misterius di puncak Gunung Lalakon dianggap banyak orang sebagai makam orang yang berpengaruh, penting, atau sakti. Walaupun sosok di dalam makam belum diketahui jelas, tapi peninggalan dari jaman lalu seperti itu akan erat hubungannya dengan sistem kepercayaan masyarakat sekitar.
Puncak Gunung Lalakon menjadi tempat diselenggarakannya Ritual Ngabungbang. Ritual itu adalah sebuah upacara adat di masyarakat Sunda. Secara terminologi ngabungbang terdiri dari dua suku kata yaitu ‘nga’ yang artinya menyatukan dan ‘bungbang’ artinya membuang, membersihkan atau menyucikan.
Istilah itu dalam bahasa Sunda juga dikenal dengan istilah nyaring sapeuting atau nggak tidur semalam suntuk. Pada malam Muludan, akan ada banyak orang yang datang ke makam di puncak Gunung Lalakon untuk melakukan ritual ngabungbang.
Ritual dari kepercayaan lama disatukan dengan ajaran Islam yang dianut oleh kebanyakan penduduk. Di makam itu akan dilantunkan ayat-ayat Quran sepanjang malam. Ritual ini biasanya dilakukan oleh masyarakat sekitar bahkan masyarakat luar yang mempercayai nilai-nilai spritual dari ritual itu.
Area gunung yang sebagian besarnya nggak dihuni oleh manusia seringkali membuatnya mempunyai cerita sendiri. Cerita itu bukanlah cerita yang secara historis ada buktinya melainkan cerita yang berhubungan dengan mahluk astral. Sebagaimana gunung mempunyai wilayah yang nggak dihuni manusia, maka biasanya dihuni oleh mahluk astral.
Embah Batu Gajah menjadi salah satu mahluk astral yang disebut-sebut mendiami Gunung Lalakon. Sosoknya bukan manusia, melainkan siluman. Sebagian orang percaya bahwa dia adalah sosok yang ngahiang, sebuah istilah dalam bahasa Sunda yang artinya sosok itu pergi menghilang tanpa diketahui atau dapat dijelaskan secara logika.
Makam Embah Batu Gajah menjadi salah satu destinasi bagi pengunjung Gunung Lalakon. Biasanya meminta nasihat dan perlindungan dengan bersemedi di makamnya. Selain itu, banyak juga yang datang karena ingin meminta kekayaan atau bantuan lain seperti mendapat jabatan, meminta nomor togel, mendapatkan wanita, meminta kesehatan atau disembuhkan dari penyakit.
Baca Juga : Kisah Misteri Gunung Daik yang Konon Jadi Tempat Tinggal Orang Bunian
Selain Embah Batu Gajah, di Gunung Lalakon juga ada sosok yang dikenal dengan nama Embah Sanusi. Sebagaimana Embah Batu Gajah, dia juga disebut sebagai sosok siluman. Di Gunung Lalakon kabarnya ada seekor ayam milik Embah Sanusi. Keberadaan sosok itu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin mendapat keinginannya dengan cara gaib.
Konon bagi orang yang ingin mendapat kekayaan dan kekuasaan bisa mendapat keinginannya dengan memberi sesajen kepada Embah Sanusi. Bukan hanya sesajen tapi juga diharuskan adanya kompromi tentang apa yang akan dikorbankan untuk mendapatkan keinginan itu.
Selain itu, Embah Sanusi juga dikabarkan menjadi sosok yang akan marah kalau ada yang menebang pohon di Gunung Lalakon tanpa ijin. Sosoknya dimanifestasikan dalam sosok siluman ular. Sebagian percaya sosok ini memang ada, sebagian lain menganggapnya sebagai mitos belaka.
Adanya benda-benda peninggalan jaman dulu di wilayah pegunungan akan membuatnya dikaitkan dengan hal-hal di luar nalar. Sebagaimana makam Embah Batu Gajah dan sosok Embah Sanusi yang dijadikan destinasi oleh beberapa orang untuk mendapatkan bantuan dari alam gaib demi mendapatkan keinginannya.
Ada juga benda mati yang dianggap mempunyai kekuatan tertentu yang dipercaya bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia. Batu Kandang di Gunung Lalakon konon mempunyai kekuatan tersendiri. Dengan mengambil segenggam tanah di sekitar Batu Kandang lalu disimpan di kandang ternak, kabarnya bisa membuat hewan ternak dari penyakit dan hewan ternak akan tumbuh sehat.
Dengan kebanyakan orang-orang jaman dahulu yang berprofesi sebagai petani dan peternak, nggak heran kalau mitos itu masih hidup sampai sekarang. Terdengar kurang masuk akal, tetapi ingatkah kamu pada fenomena batu Ponari? Seperti itulah kurang lebih, orang-orang yang percaya masih sangat banyak.
Pendapat bahwa Gunung Lalakon adalah sejenis piramida diungkapkan oleh komunitas bernama Turangga Seta. Komunitas itu merupakan kumpulan orang-orang dari berbagai profesi yang mempunyai hobi memburu jejak sejarah.
Bentuk Gunung Lalakon yang menjulang tinggi dengan ujung lancipnya, mirip dengan Piramid yang ada hubungannya dengan relief Candi Penataran. Untuk membuktikan pendapatnya, beberapa ahli geologi ikut serta bersama Turangga Seta meneliti Gunung Lalakon.
Baca Juga : Suka Mendaki Gunung? Ternyata Ini yang Membuat Penunggu Gunung Terganggu
Ketika sebagian anggota Turangga Seta mempercayai mendapat informasi dari wangsit, maka para ahli geologi akan mencoba membuktikan dengan bekal ilmu pengetahuan. Pengujian geolistrik pun dilakukan. Bagi yang belum tahu, geolistrik merupakan metode geofisika untuk mengetahui sifat-sifat kelistrikan lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah.
Seorang ahli geologi senior, Andang Bachtiar memberi kesimpulan bahwa struktur bawah tanah di Gunung Lalakon nggak alamiah. Walaupun belum bisa disimpulkan sebagai piramida, tapi bentuk bawah permukaan tanah yang seperti tangga merupakan petunjuk awal bahwa Gunung Lalakon ada kemungkinan bukanlah gunung yang terbentuk secara alami akibat fenomena alam.