Padepokan Jugala Raya di Bandung, Jawa Barat, yang dibangun oleh Gugum Gumbira Tirasondjaja, yang dikenal sebagai padepokan tari ini sempat bersinar sebagai tempat belajar jaipongan. Setelah berkiprah dan melahirkan banyak penari hebat, karena berbagai alasan, aktivitas padepokan itu dihentikan sejak lama.
Padepokan Jugala Raya dibangun oleh Gugum Gumbira Tirasondjaja karena resah melihat kondisi kehidupan seni tradisi di Jawa Barat. Secara bertahap, Gugum pun membangun dan melahirkan sebuah bentuk tarian yang kini bernama jaipongan.
Lambat laun, bangunan padepokan ini sudah tidak digunakan lagi, sehingga bangunan ini menjadi terbengkalai, meski di dalamnya masih banyak peralatan kesenian. Layaknya bangunan tidak berpenghuni, Padepokan Jugala Raya pun kini berpindah tangan ditempati oleh banyak makhluk gaib. Berbagai macam bentuk makhluk gaib yang menghuni padepokan ini, mulai dari yang menyeramkan hingga yang terlihat santun.
Baca Juga : Ngakak! Ini Beberapa Hantu Khas Indonesia yang di-Inggriskan Malah Bikin Lucu
Dimana, di dalam padepokan ini terdapat ruang studio rekaman yang sudah lama tidak digunakan. Dulu, studio rekaman ini digunakan oleh Jugala Recording untuk rekaman. Seperti halnya ruang studio rekaman, ruangan ini dibuat kedap suara. Hingga kini, di dalam studio rekaman itu terlihat masih banyak peralatan rekaman dan terdapat pemisah antara ruang rekaman dengan ruang untuk mengontrol audio.
Ketika memasuki ruang studio rekaman kamu akan merasakan dan melihat sosok raksasa penjaga ruangan studio. Sosok raksasa ini memiliki tanduk dan mata berwarna merah. Sosok ini juga memiliki gigi taring dan memakai baju hijau lengan pendek. Terlihat kedua tangan dan kakinya berukuran sangat besar, tidak seperti sosok lainnya di Padepokan Jugala.
Baca Juga : Wajib Tau! Ini Beberapa Jenis-Jenis Jin Di Dunia
Saat memasuki lantai dua gedung, Bayu mencium bau anyir yang mengikutinya. Di tempat ini, masih tersimpan banyak perangkat alat kesenian, seperi alat musik gamelan, gendang, dan kostum penari.
Saat Bayu dan Doel memasuki gudang, kondisinya becek dan terdapat satu buah kamar mandi di dalam gudang. Samar dan kemudian jelas, Bayu pun melihat sosok perempuan di dekat jendela gudang ini.
Sosok perempuan tersebut mengenakan kemban Jawa berwarna merah, dengan kain berwarna cokelat dan selendang. Rambut sosok perempuan tersebut dibiarkan terurai panjang berwarna hitam.
“Dia berdiri kayak membelakangi jendela, awalnya kayak siluet. Terus semakin jelas, wajahnya kayak sadis gitu loh,” ujar Bayu kepada Doel.
Tidak hanya perempuan berkemban itu, di gudang ini juga banyak sosok penari lainnya yang memiliki aura negatif. Sosok-sosok tersebut memiliki cerita kehidupan yang negatif saat hidupnya, seperti persaingan dalam hidup.
Baca Juga : Kisah Mistis Ratu Nyi Roro Kidul dan Soekarno Hatta yang Konon Saudara
Sepanjang penelusuran Bayu dan Doel di Padepokan Jugala Raya, banyak sekali sosok gaib wanita penari yang menghuni bangunan tua itu. Bayu menyebut, sosok-sosok wanita penari ini menggunakan kemban dan kain, serta rambut mereka disanggul ke atas layaknya seorang penari.
“Cuma modelnya yang santun-santun gitu. Jadi yang penting kita sopan aja gitu,” ujar Bayu.
Kalau pengunjung yang datang berperilaku sopan dan santun, kata Bayu, maka makhluk gaib penunggu bangunan ini pun tidak akan mengganggu.