Terletak di dekat kantor dinas Bupati Banyumas, Purwokerto, Jawa Tengah sebuah bangunan makam berukuran 1,5x2 meter berdiri di tengah keramaian kota.
Anehnya makam tersebut berada persis di tengah-tengah pertigaan jalan yang ramai dilewati kendaraan meski makam itu sendiri sudah tak ada gundukan seperti pusara pada umumnya.
Tapi areanya terlindung oleh bangunan beton yang memiliki pintu masuk berukuran kecil. Meski terlihat aneh lantaran ada sebuah makam di tengah pertigaan, tapi tampaknya makam Ragasemangsang sudah menjadi pemandangan lajim bagi para warga sekitar.
Baca Juga: Gunung Birah Tala di Banjarmasin, Menyimpan Kisah Misteri Dihuni Pengusaha Gaib
Konon, sosok yang bersemayam di tempat tersebut adalah tokoh yang sangat disegani sehingga tak ada yang berani memindahkan makam tersebut.
Upaya pemerintah mencoba memindahkan makam selalu gagal. Justru kejadian-kejadian aneh sempat dialami petinggi daerah seperti mimpi bertemu penghuni makam yang berwasiat tidak ingin di pindah.
Ada sebuah cerita ketika seorang pekerja tiba-tiba mendadak pingsan saat menggali di seputaran area makam. Ada saja keanehan-keanehan yang dialami jika akan mencoba memindahkan makam tersebut.
Ada beberapa versi cerita yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul keberadaan makam Ragasemangsang. Rentang cerita itu juga bermacam-macam, ada yang sejak zaman para raja hingga revolusi kemerdekaan Indonesia.
Namun dari semua versi ada satu kesamaan cerita, bahwa masyarakat meyakini jika jasad yang terkubur dalam makam tersebut mengalami kematian tragis di gantung di atas pohon.
Cerita makam Ragasemangsang dipaparkan langsung oleh Ketua RT 3 RW 5 Sokanegara, Karto Suwito (75). Karto sudah bermukim di wilayah tersebut sejak 1962. Mbah Karto menceritakan berdasarkan cerita para sesepuh dahulu bahwa adanya mitos pertarungan Ragasemangsang dengan Raden Pekih.
"Sebenarnya tidak diketahui pasti kapan makam itu dibangun. Sejarah asli dan cerita pasti juga tidak ada yang tahu, hanya berdasarkan tutur orang-orang sepuh. Juru kunci makam, sudah lama meninggal namun tidak meneruskan ke anak-cucunya. Sepengetahuan saya zaman penjajahan Belanda, bangunan itu sudah ada," ungkap Karto.
Baca Juga: Beragam Mitos Dibalik Keberadaan Sang Para Jawara di Depok
Masyarakat umum yang baru berkunjung ke Purwokerto mesti tidak akan menyadari bahwa bangunan di tengah pertigaan jalan itu adalah sebuah makam. Meskipun posisi makam berada di tengah keramaian, nyatanya keberadaanya masih tetap dikeramatkan.
"Masih sering terlihat terkadang para petinggi atau pejabat yang ingin naik jabatan datang kesini lalu masuk kedalam dan tabur bunga. Bahkan pedagang yang ingin dagangannya laris menaburkan bunga dan meletakkan sesajian di tempat ini," ungkap Karto.
Mbah Karto menceritakan jika sudah biasa para pejabat yang entah siapa itu yang baru menduduki posisi penting di Banyumas akan sowan atau berkunjung ke makam Ragasemangsang. Hal itu dilakukan sebagai etika baik, agar karir dan pekerjaannya langgeng dan cepat naik jabatan.
"Jika pejabat atau orang penting itu pindah atau keluar dari Banyumas karena naik jabatan, mereka biasanya juga datang lagi untuk bersih-bersih makam dan mengecat ulang makam," ungkap Karto.
Menurut Karto orang yang datang dan mengunjungi makam Ragasemangsang justru bukan dari warga sekitar. Melainkan banyak warga dari luar kota seperti Bandung, Tasikmalaya, dan Surabaya. Bahkan orang-orang Thionghoa juga ada yang masuk dan sowan ke dalam makam.
Pengeramatan makam dan kerap dijadikan sebagai ngalap berkah tidak lepas dari mitologi yang berkembang di tengah masyarakat Purwokerto.
Mbah Karto sendiri tinggal kurang lebih 100 meter dari makam. Dia menjelaskan setidaknya ada dua versi populer cerita asal-usul makam Ragasemangsang.
"Ada dua versi cerita populer ditengah masyarakat. Pertama, makam tersebut adalah makam seorang tokoh sakti mandraguna bernama Ragasemangsang. Saking saktinya, Ragasemangsang hanya bisa mati jika bagian tubuhnya dipotong menjadi beberapa bagian," kata Karto.
Baca Juga: Seram! Kisah Mistis Rumah Berlantai Dua di Kali Krukut
"Selain itu, bagian tubuhnya sama sekali tidak boleh menyentuh tanah, sebab jika menyentuh tanah akan kembali bersatu. Oleh sebab itu, tubuhnya harus digantung agar tidak menyentuh tanah," tambah Karto.
Konon ceritanya pada ratusan tahun lalu terjadi pertarungan antara dua orang sakti, yaitu Mbah Ragasemangsang (protagonis) dan Raden Pekih (antagonis) yang meresahkan masyarakat. Dalam pertarungan tersebut Raden Pekih kalah oleh Mbah Ragasemangsang.
Sebab, Mbah Ragasemangsang memiliki kemampuan meski tubuhnya telah dipotong-potong oleh senjata akan selalu menyatu kembali setiap menyentuh tanah.
Karena kalah ilmu dalam pertarungan, Raden Pekih luka parah dalam adu kesaktian sampai akhirnya tewas.
"Mbah Ragasemangsang itu hanya dapat mati jika digantung, intinya tidak bersentuhan dengan tanah. Lokasi makam sekarang itu, tempat pertapaan Mbah Ragasemangsang yang lantas dikeramatkan," ungkap Karto.
"Masyarakat masih meyakini cerita-cerita tersebut. Bahkan ada semacam mitos, meskipun letaknya di jalan ramai tetapi jarang sekali ada kecelakaan," tambah Karto.
Adanya kekuatan spiritual yang menyelimuti serta pandangan kuat warga Banyumas masih meyakini cerita mitos makam Ragasemangsang membuatnya eksis hingga saat ini.
Misteri tetap menjadi misteri, makam Ragasemangsang tetap ada diantara sesaji, menyan, dupa yang dibakar di dalam makam. Kisah Ragasemangsang tetap akan menjadi semacam teka-teki. Kisah makam Ragasemangsang adalah sebuah khasanah keganjilan yang ajeg dalam sebuah pertumbuhan kota.
Ternyata diantara kebisingan kendaraan, hiruk pikuk di jalan raya, pembangunan pusat belanja, masih ada cerita mitos yang sampai saat ini menjadi perias wajah Kota Purwokerto.
Sumber: tribunnews