Raden Sungging dikenal warga Depok dan sekitarnya sebagai sosok ulama keturunan Majapahit yang menyebarkan ajaran Islam di wilayah Citayam Depok hingga Bekasi.
Menurut cerita Raden Sungging juga menjadi pelopor perjuangan para jawara di pondok terong, Citayam dalam mengusir tentara kompeni Belanda.
Namun dalam sebuah pertempuran, Raden Sungging yang bertempur bersama dengan orang-orang pondok terong akhirnya dipaksa menyerah berkat kelicikan kompeni.
Baca Juga: Seram! Kisah Mistis Rumah Berlantai Dua di Kali Krukut
Dia memilih ditangkap dan dipenjarakan, namun dengan syarat para pejuang yang merupakan warga asli pondok terong dibebaskan.
Kesaktian Raden Sungging sendiri sempat membuat tentara kompeni ketar-ketir. Tak heran jika sesaat sebelum dieksekusi mati permintaan Raden Sungging agar dijamu pihak kompeni dipenuhi oelh Gubernur Jendral Belanda kala itu.
Setelah jamuan itu barulah pasukan kompeni mengeksekusi mati sang ulama sakti tersebut. Setelah prosesi penguburan, tentara kompeni pun menjaga makam tersebut selama seminggu.
Baca Juga: Keberadaan Benteng Tua di Kawasan Ancol Menyimpan Mitos, Dipercaya Sebagai Penjara Bawah Tanah
Setelah dirasa tidak ada keanehan, serdadu Belanda pun meninggalkan makam tersebut. Namun setelah itu keanehan pun terjadi, konon Raden Sungging bangkit dari kubur lantaran diyakini memiliki ilmu rawa rontek.
Dia pun lantas mendatangi markas Belanda di Depok seorang diri. Raden Sungging meminta Belanda untuk angkat kaki dari Depok. Kedatangan Raden Sungging yang segar bugar membuat tentara kompeni akhirnya kocar-kacir.
Selain Raden Sungging, satu nama lainnya yang juga dikenal sebagai jawara Depok adalah KH. Muhammad Yusuf. Sama seperti Raden Sungging, KH. Muhammad Yusuf juga dikenal sebagai tokoh agama yang memiliki kesaktian mandraguna sehingga mendapat julukan Si Pitung dari Depok yang sampai akhir hayatnya tinggal di Desa Sukatani, Depok.
Konon Engkong Yusuf memulai perjuangannya tak kala melihat kejaliman penjajah Belanda yang semakin menindas rakyat. Melihat hal itu, sang wali mengumpulkan pasukan perang yang berasal dari para anggota perguruan silat yang ada di Depok.
Dalam pertempuran sengit yang memakan waktu dua jam, penjajah Belanda mampu ditaklukkan oleh beliau dan pasukannya yang tak mampan ditembak. Dari situlah beliau kemudian mendapat julukan Si Pitung dari Depok.
Dikarenakan memiliki kesaktian yang tinggi, penjajah Belanda pun tidak pernah bisa mengalahkan sang penegak keadilan. Beragam cara dilakukan penjajah Belanda agar dapat menangkap Engkong Ucup, namun semuanya berujung kegagalan.
Konon karena kesaktian yang dimilikinya, makam Engkong Ucup yang berada di sebelah masjid di sebuah komplek perumahan elit di Depok sulit dipindahkan, sehingga dibiarkan tetap berada di tempatnya semula hingga sekarang.