Kisah Mistis Tebing Curahtangis di Hutan Baluran, Sangat Angker dan Sering Memakan Korban

Kisah Mistis Tebing Curahtangis di Hutan Baluran, Sangat Angker dan Sering Memakan Korban

Ekel Suranta Sembiring
2020-10-02 12:41:00
Kisah Mistis Tebing Curahtangis di Hutan Baluran, Sangat Angker dan Sering Memakan Korban
Ilustrasi Jalan Angker (foto: Portal Delegasi

Hutan Baluran yang berada di Situbondo sebelum memasuki Kota Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki lokasi angker dan menyimpan kisah mistis. Tebing Curahtangis namanya, konon tening ini ada sejarah kelam yang menyelimuti Curahtangis yang kerap meminta korban nyawa saban tahunnya. Sejarah kelam Curahtangis sendiri dialami oleh seorang gadis tapi penuh misteri.

Curahtangis, sekilas nama tersebut kedengarannya akan membuat bulu kuduk berdiri. Namun sejatinya posisi Curahtangis sendiri berada di 'Jalur Tengkorak' alias jalur maut tepat berada di tengah hutan Baluran yang masuk kawasan konservasi Taman Nasional (TN) Baluran Kab Situbondo – Jawa Timur, yang pengelolaan sendiri dikelola oleh Perum Perhutani KPH Banyuwangi Utara.

Baca Juga: Cerita Horor di Pelatnas Cipayung, Beberapa Atlet Mengaku Pernah Mengalami Kejadian Mistis

Sepanjang 'Jalur Tengkorak' ditumbuhi pepohonan jati cukup lebat, selain itu kondisi jalan terdapat banyak tikungan tajam di kanan kirinya. Dengan keberadaan jalannya yang naik turun dan bergelombang, hampir dapat dipastikan setiap hari selalu ada kecelakaan baik kecelakaan ringan hingga merenggut korban dengan nyawa melayang.

Antara Curahtangis dan Jalur Tengkorak merupakan kristalisasi yang tak dapat dipisahkan. Karena Curahtangis berada di pertengahan Jalur Tengkorak Hutan Baluran, yang ujung timur masuk lintasan jalur perjalanan Kota Gandrung, Banyuwangi – Situbondo.

Di perbatasan hutan Baluran paling timur tersebut, ada legenda yang merakyat. Konon, dulu ditemukan buaya besar mati yang diabadikan menjadi nama Desa Bajulmati, Kec Wongsorejo – Banyuwangi. Oleh masyarakat Desa Bajulmati, jasad buaya tersebut dipindah ke utara sungai. Sehingga sampai sekarang diabadikan sebagai nama Desa Batangan Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo.

Baca Juga: Kisah Misteri Gunung Wayang di Sukabumi, Dipercaya Sarang Makhluk Gaib

Menurut salah seorang sesepuh Ki Ageng Wangsadirdja mengisahkan, terkait keberadaan Curahtangis konon ada kisah misteri yang selama ini selalu meminta korban. Di antaranya, seperti ada bus pariwisata yang ditubruk trailer dari belakang merenggut korban 7 nyawa, tabrakan beruntun, serta kecelakaan lainnya yang tak dapat dihitung lagi dengan jari.

“Angkernya Curahtangis yang selalu memakan korban pelintas Jalur Tengkorak hutan Baluran itu memang berkaitan erat dengan sebuah mistis. Sekitar 200 tahun yang silam, ada sebuah kisah tragis yang tak dapat dilupakan begitu saja. Konon kejadiannya, ada seorang gadis cantik bernama Dewi Taroro dianiaya secara tragis oleh pacarnya sendiri, lalu dilempar ke dasar Curahtangis,” kata Ki Ageng.

Baca Juga: Kisah Mistis Sepasang Bikers di Bukit Pelangi, Dua Kali Dikerjai Kuntilanak

Waktu itu, lanjutnya, Dewi Taroro diajak pacarnya berjalan-jalan di seputar hutan Baluran. Dijelaskannya, ketika sedang berdiri di tepian Curahtangis, tiba-tiba Dewi Taroro didorong pacarnya dengan kerasnya hingga terlempar ke bawah Curahtangis yang kedalamannya kurang lebih 18 meter, dan dipenuhi bebatuan besar.

“Tragisnya lagi, kepala Dewi Taroro pecah membentur bebatuan. Dan itu tampak terlihat dengan jelas dari atas Curahtangis. Nah, ketika masyarakat Bajulmati dan Batangan berduyun-duyun hendak mengangkat mayat Dewi Taroro, namun beberapa orang yang turun sesampainya di dasar Curahtangis tempat Dewi Taroro kaget bukan alang kepalang. Karena, dengan pelan-pelan namun pasti jasad Dewi Taroro menghilang, dan tak membekas seperti tak pernah ada kejadian apa pun,” ungkap Ki Ageng dengan pandangannya menerawang.

Ditambahkannya, bukanlah hal yang mengherankan jika Curahtangis terkenal angker dan selalu minta korban yang kejadiannya selalu beraneka ragam. Ada kalanya jalan itu kelihatan lurus padahal sebenarnya tikungan. Bahkan juga ada sewaktu melewati jalur yang melintas Curahtangis tiba-tiba ada seorang perempuan akan menyeberang di tengah jalan.

“Ada juga peristiwa yang dialami seorang pengendara ketika masuk di tengah jalan tikungan Curahtangis itu, tiba-tiba lampu kendaraannya mati seketika. Dan banyak lagi kejadian aneh dan tragis lainnya yang dialami banyak orang. Jadi kecelakaan-kecelakaan di Jalur Tengkorak hutan Baluran yang sering berakibat korban nyawa itu merupakan wujud tumbal dendam kesumatnya Dewi Taroro. Karena Dewi Taroro telah dikhianati dan dilempar ke dasar Curahtangis oleh pacarnya sendiri,” imbuhnya.

Ada kalanya alunan suara tangis nan mengharukan kerap terdengar dari kesunyian yang senantiasa meronai Curahtangis. Bahkan kadang ada bayangan seorang dara yang berkelebat di seputar Curahtangis, atau hal-hal ganjil lainnya.

Siapa pun yang mendengar suara tangis atau menjumpai bayangan tersebut, kerapkali menjadi awal pertanda adanya sebuah petaka. Entah itu kecelakaan biasa, hingga musibah yang merenggut nyawa seseorang.

Lain halnya menurut Mbah Sulaiman (78 th), warga Wongsorejo – Banyuwangi mengaku kurang tertarik untuk bercerita soal Dewi Taroro. Namun ia lebih suka berkisah tentang peristiwa yang memilukan bagi bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Banyuwangi dan sekitarnya. Yakni, semasa meledaknya peristiwa G/30-S/PKI sekitar 1965-an. Karena Curahtangis menjadi tempat pembuangan para mayat.

“Saat itu banyak mayat-mayat yang dicap sebagai orang PKI yang dibunuh dan dilemparkan begitu saja ke dasar Curahtangis. Jumlahnya pun tak dapat terhitung lagi, sekitar ratusan bahkan mungkin ribuan mayat yang dibuang. Jika saya mengingat kejadian itu (pembuangan mayat, red.) saya merasa ngeri sendiri,” kenang Mbah Sulaiman.

Tidak hanya itu saja, lanjutnya, pada 1980-an pun juga ada peristiwa yang tak kalah mengerikan. Yakni, adanya operasi Petrus (penembak misterius) yang sasarannya para penjahat dan orang-orang yang dicurigai tukang teluh. Bahkan para korban Petrus itu tidak hanya dibuang dan dilempar ke dasar Curahtangis, namun juga tergeletak di sepanjang ruas kiri kanan jalan hutan Baluran.

“Dan pada masing-masing mayat ada uangnya sekitar lima puluh ribu, ya mungkin memang sengaja disiapkan untuk ongkos ngubur mayat-mayat tersebut. Jadi jangan heran kalau di sepanjang jalan hutan Baluran terutama Curahtangis kelihatan angker serta banyak terjadi kecelakaan dan selalu minta korban. Ya, karena itu tadi,” ungkapnya tanpa mau meneruskan.

Pada tahun 2005, ada kejadian memilukan ketika rombongan sebuah media tabloid usai menggelar acara konsolidasi, sekitar pukul 21.15 WIB melintas di jalur tengkorak Hutan Baluran tersebut, posisinya sendiri tidak jauh dari Jembatan Curahtangis, kendaraan rombongan media tabloid itu mengalami musibah.

Menurut Denny Sun'anuddin saksi mata yang juga adalah korban selamat, saat itu kendaraan yang ditumpanginya hanya berkecepatan tidak kurang dari 50km/jam karena kondisi jalan yang memang gelap karena kurangnya penerangan.

Setelah melintas di Curahtangis tiba-tiba ban belakang sebelah kanan terlepas. Ternyata as gardannya patah. Meski di depannya arah berlawanan ada iring-iringan truk gandeng, namun kendaaran Jeep CJ5 masih dapat dikendalikan.

Akan tetapi kurang lebih 400 meter dengan kecepatan yang sama, kendaraan yang tanpa ban belakang sebelah kanan tadi terus dibawa minggir. Selama jalan tadi ada percikan-percikan api berhamburan yang keluar dari velg band.

Menurut penuturannya, awalnya dirinya mencium aroma mayat busuk ketika hendak melintasi Curahtangis. Namun kemudian menghilang, tapi kurang lebih 700 meter bau busuk mayat tersebut muncul lagi, tak lama menghilang lagi.

“Dan setelah berjalan kurang dari satu kilo meter, bau busuk mayat yang lebih menyengat muncul lagi. Tiba-tiba ban belakang sebelah kanan lepas. Syukurlah, walau di arah depan ada iring-iringan truk gandeng kebetulan saya yang memegang kendali stir berusaha tetap tenang sambil terus berdoa. Alhamdulillah, selamat dan tak ada korban,” kenang Denny Sun’anudin mengenang malam tragedi yang tidak mungkin bisa hilang dari ingatannya.

Menurut penduduk sekitar, angkernya Jalur Tengkorak dan Curahtangis tak lain sebagai dendam Dewi Taroro yang selalu meminta tumbal dari jalan ini. Bahkan terkadang diwaktu-waktu tertentu alunan suara tangis sering terdengar di Curahtangis yang mengalun lembut di tengah kesunyian bahkan sering terlihat sekelebat wujud tak wajar di Curahtangis ini.

Mulai saat ini waspadalah jika melintasi Hutan Baluran apalagi mendekati Curahtangis karean bukan hanya medannya yang angker tetapu juga memang kondisi jalannya yang berada di jalur maut, apalagi jika kondisi jalanan basah usai hujan.

Sumber: Pikiran Rakyat 


Share :