Salah satu kampung di Kabupaten Ciamis yakni Dusun Cariu, Desa Sukadana, Kecamatan Sukadana, minyimpan mitos yang tidak biasa. Bahkan, mitos tersebut masih dipercaya warga setempat hingga saat ini.
Adapun mitos yang dimaksud ialah dilarang pergelaran pertunjukan wayang golek di Dusun Cariu. Warga percaya bila mitos larangan ini dilanggar akan mendapat petaka. Sampai saat ini masyarakat tidak ada yang berani menggelar pertunjukan wayang untuk perayaan sesuatu.
Baca Juga: Mitos Situs Ngurawan Madiun, Pejabat yang Berkunjung akan Lengser
Cahdi Sastranatadiwangsa, Kuncen Situs Kabuyutan Eyang Candradirana, menuturkan cerita pantangan atau mitos tersebut sudah ada sejak zaman dulu. Warga Cariu tak ada yang berani melawan larangan itu.
Cerita munculnya larangan itu, konon, pada zaman dulu ketika sedang ada panggung pertunjukan, salah satunya menampilkan wayang dengan dalangnya bernama Jaya Braja berasal dari Cirebon.
Namun ketika pertunjukan wayang digelar tapi tidak ada seorang warga pun yang menyaksikannya. Warga Cariu malah tertidur di rumahnya masing-masing.
Baca Juga: Kisah Misteri Stasiun Solo Kota, Konon Dihuni Sosok Hantu Kepala Botak Memiliki Taring yang Tajam
"Sejak saat itu munculah larangan, jangan ada pertunjukan di wilayah ini. Kalau ada yang memaksa melaksanakan pertunjukan wayang maka kampung ini bakal terkena malapetaka," ungkap Kuncen.
Malapetaka yang dimaksud, menurut Cahdi, akan banyak kejadian yang menimpa dusun tersebut bila larangan itu dilawan. Kejadian yang paling ditakutkan, sayuran, pohon dan tanaman di wilayah Cariu tak akan berbuah yang bisa menyebabkan terjadinya kelaparan.
Diketahui, di Dusun Cariu ini dominan warganya berprofesi bertani di kebun. Meski belum bisa dipastikan kebenarannya, namun warga tetap memegang teguh larangan tersebut.
"Jadi kalau larangannya dilawan, seperti memaksa menggelar wayang satu kampung ini pohon dan tanaman tidak akan berbuah," ucapnya.
Cahdi menerangkan Dusun Cariu ini awalnya merupakan sebuah Desa yang dibangun atau dibuka oleh Eyang Candradirana, lalu diteruskan oleh putri dan putranya, seperti Putri Kirana dan Panji Anom. Para sesepuh wilayah ini dimakamkan di Situs Makam Cariu atau Kabuyutan Eyang Candradirana.
Baca Juga: Kisah Misteri Pulau Kelor, Sering Terdengan Derap Tentara Bikin Merinding
Di situs ini banyak warga yang datang untuk berziarah dan berdoa. Tak sedikit berdoa untuk kelancaran hidup dan rezekinya. Makam tersebut dikelilingi oleh pohon besar dan pohon waregu.
Setiap peziarah yang datang ketika masuk ke area makam terlebih dulu harus membuka alas kaki. Meskipun sekelilingnya hanya batu dan tanah. Tapi itu mengandung makna untuk menghormati sesepuh meski telah meninggal dunia.
"Warga juga berdoa dan tawasulan disini salah satunya saat acara Hajat Bumi, pada Senin kliwon atau Kamis Kliwon," katanya.