Pada hari ini Sabtu 26 September 2020, umat Hindu tengah merayakan Hari Raya Kuningan setelah sepuluh hari sebelumnya merayakan Hari Suci Galungan.
Masyarakat Indonesia masih saja banyak yang mengucapkan Selamat Hari Raya Kuningan dan Galungan secara bersamaan.
Hari Raya Kuningan dan Galungan tentu berbeda. Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana Bali I Gede Pitana menerangkan, kedua hari yang disucikan bagi umat Hindu itu berbeda satu sama lainnya.
Lalu, apa perbedaan di antara keduanya?
Hari Raya Kuningan jatuh 10 hari Setelah Hari Suci Galungan
Perbedaan pertama yang paling mencolok adalah waktu perayaan antara keduanya. Hari Raya Kuningan jatuh 10 hari setelah Hari Suci Galungan.
Meski harinya berbeda, antara Kuningan dan Galungan nyatanya masih merupakan satu rangkaian upacara Hari Suci Galungan.
Kuningan, saat dewa-dewa dan leluhur kembali ke surga
Perbedaan kedua adalah dari segi filosofi. Menurut Pitana, Hari Raya Kuningan dimaksudkan untuk merayakan saat Dewa-dewa dan leluhur kembali ke surga setelah bertemu keturunannya.
Rupanya, Hari Suci Galungan dirayakan untuk memperingati turunnya dewa-dewa dan para leluhur ke bumi dan menemui keturunannya.
Hari Raya Kuningan juga tak terlalu dirayakan dengan meriah oleh umat Hindu di Bali. Hal ini karena puncak perayaan tetap ada di Hari Suci Galungan. Wajar apabila Hari Raya Kuningan digelar secara sederhana oleh umat Hindu di Bali maupun di daerah lain.
Meski begitu, bukan berarti tidak ada tradisi yang dilaksanakan umat Hindu pada saat Kuningan. Masyarakat Desa Munggu, Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, selalu merayakan Hari Raya Kuningan dengan menggelar Tradisi Mekotek.