Letaknya berjarak sekitar 10 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang. Untuk mencapai Makam Keramat Gajah Barong di Desa Cileles, Tigaraksa terbilang tidak mudah. Apalagi kondisi jalan desa menuju makam keramat tersebut terbilang sangat memprihatinkan lantaran masih jalan tanah dan berlubang.
Hingga kini memang belum diketahui secara pasti silsilah keluarga Gajah Barong. Namun berdasarkan ceerita turun-temurun, Gajah Barong merupakan pengawal Sultan Hasanudin atau Sultan Maulana Hasanudin pendiri Kesultanan Banten sekaligus penguasa pertama Kerajaan Islam di Banten.
Konon lokasi tempat Makam Keramat Gajah Barong berada dulu merupakan lokasi dimana beliau menancapkan keris dan menyimpan pakaian prajuritnya lantaran marah setelah sempat diremehkan warga setempat.
Seperti tempat keramat pada umumnya, sejumlah larangan juga berlaku bagi pengunjung atau pejiarah yang datang ke lokasi. Larangan-larangan tersebut diantaranya pengunjung dilarang berkata dan berbuat tidak sopan, mencuri benda-benda yang ada di areal makam, serta larangan-larangan lainnya.
Baca Juga: Deretan Misteri Goa Kafir di Tasikmalaya, Benarkah ada Lorong bisa Menembus Gunung Tangkil?
Sejumlah pengunjung yang kabarnya sempat melanggar larangan tersebut, akhirnya mendapat balasan yang tidak disangka-sangka.
Dibalik makamnya yang hingga kini masih dikeramatkan dan dijiarahi banyak orang, konon sosok Gajah Barong ternyata juga mempunyai andil terkait keberadaan Kecamatan Tigaraksa, Tangerang.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat setempat, lokasi dimana makam keramat Gajah Barong kini berada dulunya juga merupakan lokasi patilasan atau tempat bertapa sang tokoh.
Hal itu ditandai dengan keberadaan satu pohon besar, namun anehnya dengan tiga akar yang berasal dari pohon yang berbeda.
Baca Juga: Deretan Cerita Mistis dari Makam Mbah Precet, Salah Satunya Sosok Gaib Mengganggu Pengendara
di lokasi makam keramat Gajah Barong juga terdapat sumur tua yang dikenal dengan sebuatan sumur kahuripan atau sumur kehidupan.
Konon air yang berasal dari sumur kahuripan memiliki tuah, namun sayang sumur tua yang airnya tak pernah kering meskipun saat kemarau tiba kondisinya sangat memperihatinkan dan airnya pun tampak keruh.
Sumur tua ini dulu kabarnya sempat digunakan oleh Gajah Barong untuk berwudhu, mandi, dan juga minum.
Sumber: Silet