Certia Mistis Gunung Maras di Bangka dan Larangan-larangan saat Mendaki

Certia Mistis Gunung Maras di Bangka dan Larangan-larangan saat Mendaki

Ekel Suranta Sembiring
2020-09-19 12:06:01
Certia Mistis Gunung Maras di Bangka dan Larangan-larangan saat Mendaki
Gunung Maras (foto: TripTrus)

Gunung Maras yang terletak di Desa Rambang, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dikabarkan sering para pendaki hilang di gunung ini. Pendaki-pendaki yang hilang justrus dikaitkan dengan mistis dan mitos gunung ini.

Juru kunci Bukit Maras bernama Damino mengatakan, kebanyakan pendaki yang ingin mendaki ke Bukit Maras selalu datang setiap Sabtu malam Minggu. Dia berasumsi bahwa waktu tersebut adalah santai bagi mereka. Sebetulnya menurut Damino, waktu yang paling baik untuk mendaki bukit ini hari Kamis malam Jumat, bukan hari Sabtu malam Minggu.

Baca Juga: Kisah Misteri Saung Ranggon di Bekasi, Konon jadi Tempat Bersemedi

"Kalau saya boleh sarankan hari Kamis malam Jumat itu paling baik mendaki Bukit Maras, biasanya saya sering malam itu, kalau Sabtu malam Minggu itu kurang baik untuk mendaki," terang Damino.

Damino mengatakan bagi pendaki pemula jarak tempuh Bukit Maras sekitar tiga jam paling cepat, dari kaki hingga puncak bukit. Namun dirinya dan anak-anaknya butuh waktu satu sampai satu setengah jam sampai puncaknya.

Biasanya kekuatan fisik yang menjadi faktor utamanya, karena jalan yang dilalui saat mendaki hampir semuanya tanjakan dengan bebatuan dan beberapa pohon tumbang.

Baca Juga: Kisah Mistis di Area 3 Makam Tanpa Nama di Baluwarti Solo, Sering Menggangu Orang yang Melintas

Namun para pendaki harus menjaga sikapnya saat mendaki, karena ada larangan adat dan umum saat datang ketempat ini. Larangan umum seperti tidak membuang sampah sembarangan, merusak hingga menebang pohon, minum minuman keras dan membawa senjata tajam.

Sedangkan larangan adat di antaranya bersiul, tidak membawa makanan tertentu seperti telur hewan, pisang, bersiul, bermain gitar sambil menggendong panci dan bagi perempuan sebaiknya tidak mendaki saat haid.

"Pantangan ini wajib dipatuhi karena ada dendanya, kalau pantangan umum itu seperti membuang sampah sembarangan. Kalau sampah sebaiknya dibawa lagi saat turun, sedangkan pantangan adat ini biasanya lebih ke pribadi, seperti kerasukan, kehilangan atau menambah teman, nyasar dan sebagainya," terang Damino.

Menurut Damino, ketika musim kemarau pengunjung yang mendaki ke Bukit Maras cenderung sepi. Hal itu dikarenakan sulitnya mendapatkan air sedangkan sumber air yang ada biasanya mengering.

"Kalau hari-hari normal atau musim penghujanlah biasanya penuh pendakian, puluhan hingga ratusan orang apalagi saat liburan, tapi berbeda dengan musim kemarau yang agak sepi," ungkapnya.

Tempat ini akan sangat menarik jika dikunjungi musim penghujan, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan alam yang hijau sekaligus air terjun dengan bebatuan khas berlokasi di pos satu.

Pengunjung yang mendaki ke bukit ini tidak dipungut biaya asalkan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan, jika berkenan mereka bisa memberikan seikhlasnya.

Bagi pengunjung yang ingin mendaki ke Bukit Maras Desa Berbura, Kabupaten Bangka harus mematuhi larangan atau pantangan untuk mendaki.

Apa saja pantangannya? Menurut Kepala unit pengurus wisata Bukit Maras Damino, pendaki dilarang membawa tiga jenis pisang.

Seperti pisang raja, pisang emas dan pisang rejang. Kemudian tidak boleh membawa minuman alkohol, telur asin, ketan atau barang sesajen lainnya.

"Kalau tidak mematuhi larangan tersebut mereka akan diikuti dan kerasukan," ujar Damino.

Sementara itu bagi wanita yang sedang datang bulan diperkenankan naik jika memakai gelang resam yang sudah mereka persiapkan.

"Kami stop tinggal disini kalau ada yang membawa barang larangan adat sering terjadi kerasukan, tertawa sendiri dan menangis. Dan juga kalau wanita datang bulan yang pengen naik kami sediakan gelang resam karena wanita datang bulan sangat rentan," ungkapnya.

Selain pendaki lokal, Bukit Maras ini juga kerap dikunjungi oleh wisudawan atau pendaki internasional.

Seperti dari india, Yunani, dan Jepang, mereka ke sini dengan tujuan meneliti kupu-kupu dan melakukan penelitian lainnya.

"Ada juga pendaki dari luar negeri pernah kesini dari India, Yunani dan Jepang yang sempat meneliti kupu-kupu," katanya.

Sementara itu para pendaki dari luar Pulau Bangka juga kerap datang untuk sekedar mendaki Bukit ini, seperti dari daerah lain paling banyak dari Jawa Tengah dan Bekasi.

"Kami juga menyediakan pemandu untuk menunjukan arah mereka, kadang kami juga menawarkan barang bawaan mereka sampai ke atas," tutupnya.

Baca Juga: Kisah Mistis Sumur Bandung di Cipayung Depok, dari Pohon Misterius hingga Batu Mirip Monyet dan Anjing

Kepala Desa Berbura tahun 2016 bernama Asmiati membeberkan sejumlah aturan adat yang harus ditaati ketika ingin mendaki Gunung Maras. Adapun aturan adat yang harus dipatuhi sebagai berikut:

1. Kalau perempuan yang sedang datang bulan, jangan masuk dan main di Maras, kalau memang tidak mendesak.

2. Anak-muda yang naik, kuatkan niat untuk melihat alam, bukan menyalahgunakan kegiatannya untuk hal-hal negatif dan berbuat senonoh, mesum.

3. Tidak boleh membakar segala hewan berdarah, seperti ayam, di kawasan terlarang Maras.

4. Boleh membawa lauk ayam, tapi dengan syarat tulang-tulangnya dikumpulkan dan di bawa keluar daerah laragan.

5. Syarat utama kalau mau masuk, harus memakai isi resam baik dipakai untuk gelang atau kalung.

(Berbagai Sumber)


Share :