Menolak lupa aktivis Munir Said Thalib, nama ini tetap dikenal sebagai sosok pejuang, bahkan 16 tahun setelah menutup usia, pada 7 September 2004 silam. Bahkan diketahui juga bahwa selama hidupnya ia di kenal sebagai seorang aktivis hak asasi manusia (HAM), Munir banyak menangani berbagai kasus, terutama kemanusiaan dan pelanggaran HAM.
Namun hingga kini, kematian Munir masih menjadi sebuah misteri hingga sekarang. Pendiri Imparsial dan aktivis Kontras itu tewas di pesawat terbang ketika bertolak ke Amsterdam, Belanda untuk melanjutkan studi.
Bahkan sempat di kabarkan juga bahwa Munir tewas dibunuh setelah hasil otopsi menyebutkan bahwa ada racun arsenik di dalam tubuhnya. Munir dibunuh di udara.
Baca Juga: Jangan Sampai Ekonomi Restart saat Virus Corona Semakin Menggila, Ini Kata Jokowi
Hingga kini setiap tahun kematian Munir Said Thalib diperingati dalam upaya menolak lupa, karena Munir dibunuh karena benar, dan peringatan 16 tahun kematian Munir hari ini mewarnai trending di media sosial.
Fakta-fakta Kematian Munir yang hingga kini Masih menjadi Misteri:
Munir Said Thalib merupakan pria asal Malang yang lahir pada 8 Desember 1965. Bahkan di ketahui juga bahwa semasa Munir duduk di bangku kelas 6 SD, Ayahnya meninggal dunia.
Setelah ayahnya meninggal dunia Munir membantu kakanya, Muhfid Said Thalib, berjualan sepatu dan sandal di Pasar Batu, Malang, Jawa Timur.
Munir juga menyelesaikan penididkanya hingga tingkat SMA, dan Munir juga melanjutkan sekolahnya di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. Semasa kuliah Munir menjadi aktivis.
1. Munir Dibunuh saat hendak pergi belajar
Dilansir dari Kompasiana, Munir meninggal di dalam pesawat Garuda Indonesia dengan nomor GA-974.
Tepatnya pada 7 September 2004 di usianya yang ke-39 tahun. Munir meninggal dalam perjalanan menuju Amsterdam, Belanda.
Diketahui juga bahwa setelah sebelumnya pesawat itu transit di Bandara Changi Singapura.
Adapun, tujuannya pergi adalah untuk melanjutkan studinya di Universitas Utrecht. Munir dimakamkan pada 12 September 2004 di TPU Sisir, Batu, Jawa Timur.
2. Munir Meninggal Diracun
Bahkan dilansir dari Kompas.com, hasil autopsi menunjukkan adanya racun arsenik. Adapun dosis arsenik yang ditemukan pada jasad Munir memiliki dosis yang sangat fatal.
Sejumlah fakta dalam persidangan menyebutkan kemungkinan Munir diracun dalam penerbangan Jakarta-Singapura.
Namun ada juga kemungkinan juga bahwa Munir diracun saat transit. Munir mulai merasakan sakit di perutnya usai transit. Hingga akhirnya ia tewas dua jam sebelum pesawat mendarat di Amsterdam.
3. Pihak yang terjerat hukum.
Dari kasus Munir ini ada tiga orang yang dituduh terlibat dalam pembunuhan Munir. Pollycarpus Budihari Priyanto yang saat kejadian menjadi pilot pesawat kemudian dituduh sebagai pelaku pembunuhan.
Dengan tuduhan telah memasukkan racun arsenik pada tubuh Munir. Ia pun mendapat hukuman penjara 14 tahun, namun telah dibebaskan pada 28 November 2014 lalu.
Hal ini juga menjerat mantan Dirut Garuda Indoneisa Indra Setiawan, dihukum 1 tahun penjara karena didakwa telah menempatkan Pollycarpus dalam penerbangan.
4. Keterlibatan BIN
Bahkan selama persidangan kasus ini, sejumlah fakta menyebutkan adanya keterlibatan Badan Intelegen Negara (BIN).
Deputi V BIN Mayjen Purn Muchdi Purwoprandojo, bahkan didakwaterlibat dalam pembunuhan.
Ia didakwa telah menempatkan Pollycarpus. Namun, ia tidak dihukum. Sebab, dakwaan terhadapnya tak dapat dibuktikan.
5. Kematian Munir ada Kejanggalan
Bahkan setelah kematian Munir ini juga Ada banyak kejanggalan dalam kasus pembunuhan ini.
Pasalnya Pollycarpus yang saat itu menjadi pilot ternyata sedang dalam masa cuti. Bahkan Indra Setiawan mengatakan bahwa ia memberikan surat tugas padanya.
Tiga hari sebelum keberangkatan, Munir diketahui menerima telepon dari seseorang bernama Pollycarpus. Dalam telepon itu Pollycarpus memastikan Munir untuk naik penerbangan GA 974.
Indra mengaku mendapat permintaan dari BIN, namun ia membantah telah terlibat dalam konspirasi pembunuhan Munir tersebut.
Baca Juga: Jelang Pilkada 2020, Jokowi: Hati-hati Klaster Baru
Bahkan pada persidangan, sempat terungkap adanya rekaman telepon antara Muchdi dengan Pollycarpus. Namun, rekaman itu tak pernah dibawa ke pengadilan.
Pasalnya diketahui juga bahwa pada masa era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, sempat dibentuk tim pencari fakta untuk mencari kebenaran kasus ini.
Namun, hingga akhir masa kepemimpinannya, bahkan hingga sekarang, hasil investigasi itu tak pernah ditunjukkan pada publik.
Hingga pada 10 Oktober 2016, Komisi Informasi Pusat membuat putusan agar pemerintahan di era Presiden Joko Widodo untuk mengumumkan hasil investigasi tersebut. Bahkan hingga kini, otak dari pembunuhan Munir masih belum diketahui.
Sumber:Kompas/twitter/sindo/tribun