Sebentar lagi segenap Bangsa Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun atau HUT Kemerdekaan yang ke-75, tepat pada hari Senin 17 Agustus 2019 mendatang.
Sungguh sebuah perjalanan panjang yang patut kita syukuri sebagai berkat Tuhan dan hasil perjuangan para pahlawan yang rela mengobankan nyawanya demi kemerdekaan Indonesia dari penjajahan bangsa asing.
Sejarah kemerdekaan Indonesia adalah kisah yang mungkin sudah biasa kita dengar di bangku sekolah. Kisah yang ada di buku pelajaran hanyalah sebagian kecil dari kisah kemerdekaan, karena sebenarnya ada banyak kisah-kisah unik dan menarik seputar kemerdekaan Indonesia yang tidak kita ketahui.
Penasaran? Simak langsung berikut ini:
Baca Juga:
Begini Cara Asyik Memperingati HUT RI ke 75 di Tengah Pandemi COVID-19
Jelang Peringatan Hut RI ke-75, Ancol Siapkan Pengibaran Bendera Merah Putih di Dalam Air
1. Naskah Proklamasi
Pembuatan naskah proklamasi di dalam buku sejarah memang diceritakan bahwa naskah dibuat oleh Soekarno dan Mohammad Hatta di kediaman Laksamana Maeda setelah melalui diskusi yang cukup panjang.
Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta sekitar pukul 4 pagi pada 17 Agustus 1945. Setelah selesai, Bung Karno kemudian memberikan naskah itu kepada para pemuda yang berkumpul di rumahnya. Naskah itu selanjutnya diketik oleh Sayuti Melik
Namun ternyata, menurut seorang yang mengaku bekas tentara buatan Jepang, Pembela Tanah Air (PETA) bernama Andaryoko menyatakan jika setelah naskah asli yang didikte dan ditulis oleh Bung Karno dan Bung Hatta itu diketik oleh Sayuti Melik, naskah tulisan tangan tersebut sempat dibuang ke tong sampah oleh Sayuti Melik karena dianggap tidak diperlukan lagi.
Untungnya naskah tersebut diselamatkan oleh BM Diah, seorang putera asal Aceh yang juga adalah tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia. Takut akan dibuang kembali, Diah pun menyimpan naskah asli proklamasi itu selama 49 tahun lamanya sebelum akhirnya diserahkan ke pemerintah pada 29 Mei 1992.
Ada juga versi lain mengatakan, setelah Sayuti Melik menunjukkan naskah proklamasi hasil ketikannya kepada Bung Karno, Bung Karno menanyakan naskah asli tulisan tangannya. Setelah ditanyakan tentang keberadaan naskah aslinya, Andaryoko menceritakan bahwa Sayuti Melik langsung mencari kertas tulisan tangan Soekarno dan menyetrikanya agar bisa utuh seperti semula. Hingga saat ini naskah asli tersebut disimpan di Arsip Nasional.
2. Mesin Tik Pinjaman Nazi
Mesin tik yang digunakan untuk menyusun naskah Proklamasi merupakan milik serdadu Nazi yang bernama Korvettenkapitän Dr. Hermann Kendeler. Cerita berawal dari rumah Laksamana Maeda yang hanya memiliki mesin tik kanji. Atas ide ajudan Maeda, dipinjamlah mesin tik huruf Latin yang ada di Kantor perwakilan Kriegesmarine (Angkatan Laut Jerman).
3. Tiang Bendera Terbuat dari Bambu
Pelaksanaan upacara bendera di Indonesia biasanya dilakukan setiap hari Senin ataupun saat memperingati hari-hari nasional.
Upacara ini memang identik dengan pengibaran bendera Merah Putih oleh Paskibraka. Tiang bendera haruslah kokoh dan kuat agar bendera dapat berkibar dengan gagah. Sehingga seringkali tiang bendera terbuat dari besi yang kokoh.
Namun tahukah kamu, ternyata tiang bendera yang digunakan saat upacara pertama kali setelah Indonesia merdeka hanyalah menggunakan tiang yang terbuat dari bambu.
Bendera Pusaka pertama tersebut dinaikkan di rumah Soekarno yang berada di Jalan Pengangsaan Timur No. 56, Jakarta, sesaat setelah Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Saat itu Bendera dinaikkan pada tiang bambu di mana bambu tersebut digunakan dengan cara diberi tali dan ditanam beberapa langkah saja dari teras rumah.
Pengibaran bendera dilakukan oleh Paskibraka yang dipimpin oleh Kapten Latief Hendraningrat.
Walaupun hanya menggunakan tiang bambu, namun suasana upacara sangat khidmat sembari menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan lantang.
4. Rekaman ulang suara Soekarno
Pembacaan naskah teks proklamasi adalah peristiwa bersejarah yang sangat penting. Karena hal tersebut menandakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pernahkah kamu mendengar suara asli Bung Karno yang biasanya diputar di media-media ataupun di museum-museum bersejarah, seperti contohnya Monumen Nasional (Monas)?
Banyak yang mengira suara Bung Karno pada rekaman tersebut adalah suara asli Bung Karno pada saat pembacaan naskah proklamasi yang sudah di sebar luaskan. Padahal sebenarnya, suara tersebut bukanlah suara asli yang direkam langsung saat pembacaan proklamasi pada 17 Agustus 1945, melainkan sekitar tahun 1950 atau sekitar 5 tahun setelah kemerdekaan.
Jika bukan karena Jusuf Ronodipuro yang merupakan pendiri RRI, meminta Presiden Soekarno kembali merekam pembacaan teks proklamasi kemerdekaan. Maka, sekarang kita tidak dapat mendengar suara Soekarno saat membacakan naskah proklamasi. Karena Soekarno beranggapan pembacaan teks proklamasi hanya berlaku satu kali dan tidak bisa diulang, maka hanya akan dibacakan satu kali saja.
Argumentasi Jusuf membuat Bung Karno berpikir ulang mengenai keputusannya. Hingga akhirnya Bung Karno setuju suaranya direkam sekali lagi pada saat membacakan naskah proklamasi. Setelah sesi rekaman itu barulah Teks proklamasi mulai digandakan pada tahun 1959 hingga sekarang akhirnya bisa kita dengar.
5. Perintah pertama Soekarno sebagai Presiden RI
Sehari setelah kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan Soekarno sebagai Presiden RI dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden RI pertama.
Setelah ditetapkan, perintah pertama Soekarno sebagai seorang Presiden ternyata bukan lah membentuk kabinet, mempersiapkan rapat, ataupun menetapkan kebijakan penting lainnya. Perintah pertamanya ternyata adalah memesan 50 tusuk sate ayam!
Yap, konon kala itu pada saat perjalanan pulang Soekarno melihat pedagang sate. Tanpa pikir panjang, ia langsung memerintahkan tukang sate untuk membuatkan 50 tusuk sate untuknya. Ia pun langsung memakannya dengan berjongkok di pinggir parit.
Baca Juga:
Makna Kemerdekaan Indonesia: Merdeka Bukan Akhir dari Perjuangan
Tempat Terparah Tsunami Banten 2018 Menyimpan Cerita Mistis Membuat Bulu Kuduk Berdiri
Bandung Medical Centre di Bandung Sempat Pernah tidak Beroprasi, Begini Cerita Horor dari Penjaga
6. Bendera Pusaka Bukan dari Kain Sprei
Sempat beredar kabar bahwa Fatmawati menjahit kain bendera warna putih dari kain sprei, warna merahnya dari kain tenda warung soto. Kebenaran cerita tersebut tidak dapat dikonfirmasikan. Yang jelas, dalam buku 'Catatan Kecil Bersama Bung Karno', Fatmawati menceritakan bahwa kain merah-putih diperoleh dari seorang perwira Jepang yang bernama Chairul Basri. Chairul sendiri menyerahkan kain itu kepada Fatmawati atas perintah dari orang Jepang bernama Hitoshi Shimizu. Hitoshi mendapatkan kain itu dari sebuah gudang Jepang di kawasan Pintu Air, Jakarta Pusat.
Sumber: gramedia.com & kupang.tribunnews.com