Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi hingga minus 5,32% pada kuartal II-2020.
Menurut Menteri BUMN Erick Thohir, kondisi perekonomian Indonesia di tengah pandemi virus Corona (COVID-19) masih jauh lebih baik dibandingkan negara tetangga.
"Kalau kita bandingkan negatif pertumbuhan ekonomi kita dengan negara tetangga, kita yes berat 5,32% minusnya. Tapi kalau kita lihat tetangga sebelah itu Singapura minusnya 13%, Filipina 16%, Malaysia 17%. Jadi kita lebih baik dari mereka," ujar Erick dalam acara Milenial Fest 2020, Sabtu 15 Agustus 2020.
Baca Juga: Sejumlah Ahli: Euforia Vaksin Corona Berbahaya
"Kalau melihat data-data, keputusan Bapak Presiden untuk tidak lockdown sangat tepat. Hari ini buktinya," kata Erick.
Ia pun meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia berbalik positif di tahun depan melihat prediksi lembaga-lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia atau World Bank, dan juga Asian Development Bank (ADB).
"Data-data ADB, IMF, World Bank itu range pertumbuhan ekonomi kita 4,3-6,1% (di 2021)," urainya.
Terkait imunisasi massal vaksin Corona, pemerintah menargetkan imunisasi massal vaksin Corona berlangsung di 2021. Saat ini pemerintah sedang melakukan uji klinis tahap III dan diharapkan vaksin ini akan diproduksi kuartal I-2021 (Januari-Maret).
Lebih lanjut, Erick Thohir mengatakan imunisasi massal vaksin Corona dilakukan dalam rangka memulihkan ekonomi nasional.
Baca Juga: Doni Monardo: Kemungkinan Ada Banyak Kejadian Menjelang Vaksin Corona Diberikan
Sebelum masuk pada rencana imunisasi massal, Erick mengaku pemerintah akan menjaga masyarakat sehat dan produktif melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang dianggarkan Rp 695,2 triliun.
"Setelah ini berjalan, tetap kita menjalankan yang namanya stimulus ekonomi, dan yang namanya penemuan vaksin yang nantinya diharapkan di awal tahun depan imunisasi massal," kata Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Anggaran Rp 695,2 triliun ini dialokasikan untuk sektor kesehatan sebesar Rp 87,55 triliun, perlindungan sosial Rp 203,90 triliun, insentif usaha Rp 120,61 triliun, UMKM sebesar Rp 123,46 triliun, pembiayaan korporasi Rp 53,57 triliun, dan sektoral kementerian/lembaga (k/L) serta pemda sebesar Rp 106,11 triliun.
Prioritas pemerintah saat ini ada tiga, yaitu Indonesia sehat, Indonesia bekerja, dan Indonesia tumbuh. Ketiga prioritas ini harus dijalankan sesuai urutannya, yaitu dimulai dengan mengatasi masalah kesehatan.
Menurut Erick, jika masalah kesehatan bisa ditangani, ekonomi akan bangkit dengan sendirinya meskipun pada kuartal II-2020 ekonomi nasional minus 5,32%. Akan tetapi Erick mengatakan realisasi tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan negara lain. Dia menyebut Malaysia minus 17,1%, Singapura minus 12,6%, Filipina minus 16,5%.
Sebelumnya, Manajer Senior Integrasi Riset dan Pengembangan PT Bio Farma, Neni Nurainy mengatakan saat ini vaksin Corona sedang uji klinis tahap III. Dalam tahap ini sedang diujicobakan pada 1.620 manusia yang menjadi relawan dan akan dilihat dari efek samping yang ditimbulkan.
Setelah uji klinis, diharapkan pada Januari 2021 Bio Farma sudah bisa mengajukan pendaftaran izin edar kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Nantinya BPOM akan melakukan evaluasi dari uji klinis yang sudah dijalankan.
Jika BPOM mengizinkan, maka vaksin siap dipasarkan dan diedarkan kepada masyarakat untuk menghindari penyebaran Corona.
Sumber: Kata Data, Detik, Kumparan