Sebanyak 49 pegawai Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkonfirmasi positif virus Corona. Sebagian besar dari 49 pegawai tersebut menjalani isolasi mandiri.
"Iya benar (49 pegawai Kemenkes positif Corona). Jumlah itu sejak 22 Juni-7 Agustus. Sebagian besar isolasi mandiri," kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes Didik Budijanto saat dimintai konfirmasi, Rabu 12 Agustus 2020.
Sebagian dari 49 pegawai tersebut ada yang sudah dinyatakan sembuh. Dia menyebut kantor Kemenkes tetap beroperasi dengan menerapkan protokol kesehatan di perkantoran.
"(Kegiatan di kantor Kemenkes) tetap sesuai protokol kesehatan di perkantoran, dan sesuai dengan KMK (Keputusan Menteri Kesehatan) Nomor 328 Tahun 2020," imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, Kemenkes mencatat saat ini ada 802 klaster penyebaran COVID-19 di Indonesia. Kemenkes mengatakan klaster ini di-tracing setiap hari menggunakan big data yang dimiliki Kemenkes.
"Tracing kita terhadap klaster-klaster di Indonesia sekarang sudah ada 802 klaster, yang terakhir ini data 8 Juli di RSUD Sultan Sulaiman Serdang Bedagai, ya, jadi ini yang terbesarnya masih Secapa Polri, ya, saya nggak hafal semua, jadi kita men-tracing klaster-klaster terbaru setiap harinya menggunakan big data," ujar Staf Khusus Menkes dr Mariya Mubarika.
Sekedar informasi, kasus pasien yang positif Corona kembali bertambah di wilayah Indonesia. Hingga hari ini, pasien yang positif bertambah 1.942 orang. Sehingga totalnya menjadi 130.718.
Data penambahan kasus positif virus Corona di Indonesia ini diumumkan di situs Kementerian kesehatan pada Rabu, 12 Agustus 2020. Data perkembangan virus Corona ini disampaikan secara berkala setiap hari.
Kabar baiknya, pasien yang dinyatakan sembuh hari ini bertambah 2.088 menjadi 85.798 orang. Sedangkan, untuk pasien yang meninggal dunia bertambah 79. Total pasien yang meninggal menjadi 5.903 orang.
Baca Juga: Update Kasus Corona di RI: 130.718 Positif, 85.798 Sembuh, 5.903 Meninggal
Terkait vaksin Corona, setidaknya ada dua efek samping yang muncul saat pemberian vaksin corona buatan perusahaan China Sinovac Biotech.
Hal ini dikatakan langsung oleh, Ketua Tim Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Kusnandi Rusmil.
"Efek samping yang kita ketahui ada lokal dan sistemik. Kalau (efek) lokal, dilihat ada bengkak atau tidak, kalau ada bengkak berapa centimeter bengkaknya. Kalau merah kaya apa merahnya," tutur Kusnandi dalam konferensi pers di Bandung, Selasa 11 Agustus 2020.
Sedangkan efek sistemik, subjek penelitian akan merasakan perubahan suhu tubuh. Subjek wajib melaporkan kepada tim penanganan jika mengalami reaksi yang dianggap tidak wajar.
Kusnandi menuturkan, penyelenggara uji klinis sudah mengantisipasi jika subjek mengalami efek samping lokal maupun sistemik.
"Kalau (efek) sistemik itu panas atau suhu tubuh naik. Nah berapa panasnya. Jadi nanti mereka semua lapor ke petugas supaya langsung ditangani" ujar Kusnandi.
Nantinya, proses penyuntikan akan dilakukan sebanyak dua kali. Usai penyuntikan pertama, subjek akan kembali disuntik dalam 14 hari ke depan.
Selanjutnya, subyek akan dipantau kondisi kesehatannya selama enam bulan ke depan.
Kusnandi menjelaskan terkait efek samping pada uji klinis tahap III di mana vaksin disuntikkan pada manusia. Menurutnya, pada tahap ini vaksin seharusnya tidak memiliki banyak efek samping.
"Diduga selama ini tidak ada efek sampingnya, karena ini kan uji klinis yang ketiga. Kalau dari banyak efek sampingnya, dari dulu sudah tidak bisa (dilanjutkan pengujian)," ucapnya.
Sekedar informasi, selain Indonesia, ada lima negara lain yang menguji vaksin fase ketiga. Kelima negara tersebut yakni, India, Brasil, Bangladesh, Chili, dan Turki.
Sumber: CNN, Kumparan, Kompas, Detik