Tengah heboh beberapa hari terakhir ini, kita kerap merasakan suhu udara yang lebih dingin dari biasanya. Prakirawan Cuaca BMKG Bandung Yuni Yulianti menyebutkan, suhu dingin ini terjadi karena terjadinya musim dingin di benua Australia.
Tak hanya itu saja bahkan meskipun demikian, fenomena suhu udara dingin merupakan kondisi alamiah yang biasa terjadi hampir setiap tahun.
Baca Juga: Fakta Menarik Fenomena Suhu Dingin di Indonesia
Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, suhu udara dingin yang belakang ini lebih dominan disebabkan karena kandungan uap di atmosfer cukup sedikit.
“Fenemona suhu udara dingin merupakan fenomena alamiah yang biasa terjadi di bulan puncak musim kemarau pada Juli hingga Agustus,” kata Hary dalam keterangan tertulis, Senin ini.
Namun tak hanya itu saja suhu dingin yang lebih terasa belakangan ini juga diperkirakan karena kandungan uap atmosfer yang cukup sedikit.
Kandungan uap atmosfer ini kata Hary, bisa terlihat dari tutupan awan yang tidak signifikan akhir-akhir ini. Menurut analisis dia, uap dan air merupakan zat yang cukup efektif menyimpan energi panas.
Tak hanya itu saja bahkan Hary juga mengatakan, bahwa kondisi suhu dingin di sejumlah daerah ini diperkirakan akan berlangsung hingga setidaknya dua bulan ke depan.
“Suhu udara dingin biasa terjadi di puncak musim kemarau pada Juli-Agustus. Sampai dengan menjelang bulan September,” kata Hary saat dihubungi wartawan.
Baca Juga: Fakta-Fakta Kemunculan Embun Upas di Dataran Tinggi Dieng
Bahkan Hary juga menambahkan, saat ini BMKG memantau perkembangan musim kemarau hingga tanggal 20 Juli 2020 atau dasarian kedua Juli ini.
Dari 342 daerah ZOM di Indonesia, sebanyak 69 persen ZOM telah memasuki musim kemarau seiring dominannya sirkulasi angin Monsun Australia yang bersifat kering yang bertiup dari arah Timur-Tenggara.
Sumber:Kompas,Pikiranrakyat
