Hari Hepatitis Sedunia, Yuk Kenali Jenis, Gejala, dan Pencegahan

Hari Hepatitis Sedunia, Yuk Kenali Jenis, Gejala, dan Pencegahan

Ahmad
2020-07-28 13:26:47
Hari Hepatitis Sedunia, Yuk Kenali Jenis, Gejala, dan Pencegahan
Ilustrasi. Foto: Pixabay

Setiap tanggal 28 Juli ditiap tahunya diperingati segabai hari Hepatitis Sedunia. Ditetapkannya Hari Hepatitis Sedunia, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global terhadap penyakit hepatitis B dan C.

Mengutip berbagai sumber, banyak orang di seluruh dunia menderita hepatitis B atau C. Namun penyakit ini masih tak terlalu dapat perhatian dibanding AIDS. Sementara jika dibiarkan, hepatitis B dan C bisa menyebabkan berbagai penyakit lain seperti sirosis hati, kanker hati, atau gagal hati.

Di Indonesia sendiri, angka hepatitis juga meningkat. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI tahun 2013, prevalensi pengidap hepatitis di Indonesia adalah 1,2 persen, dua kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. Jenis hepatitis yang paling banyak menginfeksi adalah hepatitis B (21, 8 persen) dan hepatitis A (19,3 persen).

Baca Juga: Jokowi Berharap Tahun Depan Ekonomi Pulih dan Vaksin Corona Tercipta

Sekedar informasi, lima provinsi dengan prevalensi tertinggi hepatitis adalah Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku.

n provinsi tertinggi yang hidup dengan hepatitis adalah Papua, NTB, Sulteng, Gorontalo, dan Sulbar. Sedangkan yang mengalami penurunan jumlah adalah Aceh.

Gejala Hepatitis B

Hepatitis B merupakan penyakit infeksi pada organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat penyakit ini masih jadi masalah global.

Pada 2018 lalu, sedikitnya ada 300 juta orang di dunia yang tercatat menderita hepatitis B (HBV) mematikan.

Hanya saja, menurut studi yang dipublikasikan jurnal Lancet Gastroenterology and Hepatology, hanya 1 dari 20 orang terjangkit HBV yang menerima penanganan medis yang layak.

Hepatitis B bisa terjadi melalui dua cara, yakni transmisi vertikal dan transmisi horizontal.

Penularan atau transmisi vertikal hanya terjadi pada ibu yang terinfeksi virus HBV pada bayinya. Melansir dari laman resmi WHO, di wilayah yang tinggi kasus hepatitis B, transmisi vertikal adalah transmisi yang paling umum terjadi. penularan dari ibu ke bayi yang dikandung melalui dua cara. Pertama, HBV mencapai janin dengan menembus plasenta. Selama perjalanannya, virus bisa menginfeksi dan mereplikasi semua jenis sel plasenta sebelum mencapai janin.

Kedua, saat persalinan. Ini paling sering ditemukan pada transmisi vertikal. Penularan hepatitis B terjadi saat bayi baru lahir mengalami kontak dengan sekresi atau darah ibu yang terinfeksi saat proses persalinan.

Pencegahan bisa dilakukan dengan cara melakukan identifikasi ibu hamil yang terinfeksi HBV dengan cara memberikan vaksin immunoglobulin Hepatitis B dan vaksin hepatitis B pada bayi mereka dalam kurun waktu 12 jam setelah lahir.

Sedangkan penularan melalui transmisi horisontal berarti penularan dari penderita ke orang lainnya. Misalnya dengan menggunakan jarum suntik tidak steril, tato, tindik, penggunaan pisau cukur bergantian atau hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi.  hubungan seksual bisa jadi media penularan karena kontak dengan air mani, air liur, darah atau cairan vagina pasangan.

Setelah terinfeksi virus, gejala hepatitis B tak akan langsung timbul. Butuh waktu sekitar 1-6 bulan setelah infeksi.

Gejala hepatitis B bisa berupa jaundice (penyakit kuning) di mana kulit dan mata jadi menguning, air kencing berubah menjadi oranye atau cokelat, begitu pula dengan feses. Selain itu terjadi demam, lemah, juga masalah pada pencernaan misalnya mual, muntah, hilang nafsu makan, dan terasa sakit.

Mengenal Hepatitis C

Penyakit ini termasuk yang sulit dideteksi. Sama seperti Hepatitis B, gejala penyakitnya tak muncul di awal infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C, HCV.

Sampai saat ini belum ada vaksin tersedia untuk mencegah penyakit ini.

Hepatitis C terbagi ke dalam dua jenis, di antaranya akut dan kronis. Hepatitis C akut umumnya berlangsung dalam waktu yang lebih pendek sekitar enam bulan. Sementara hepatitis C kronis dimungkinkan akan 'menetap' dalam tubuh seumur hidup.

Dalam tingkat lebih parah, penderita bisa mengalami mengalami mual atau muntah, sakit perut, nyeri sendi, kelainan pada urine atau tinja, serta mata dan kulit yang menguning.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan seluruh negara untuk meningkatkan layanan tes hepatitis dan perawatan global demi memberantas penyakit ini pada 2030.

Baca Juga: Keren, Bulan Depan UMKM Jadi Vendor Proyek BUMN di Bawah Rp 14 M

Deteksi dini pada Hepatitis B dan C dapat dilakukan dengan memeriksa gejala, pemeriksaan fisik dan tes darah.

Beberapa tes lain seperti penggunaan sonogram atau CAT Scan dan biopsi hati juga dapat dilakukan untuk memeriksa hepatitis.

Untuk mencegah penularan Hepatitis B, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyarankan melakukan tes darah bagi petugas kesehatan, orang dengan anggota keluarga yang terinfeksi Hepatitis B, pengguna narkotik, pemakai tato, pasangan seks yang terinfeksi, berkunjung ke negara dengan endemik Hepatitis B, anak yang lahir dari ibu Hepatitis B, dan menerima transplantasi organ.

Sedangkan untuk hepatitis C, orang-orang yang menerima transfusi atau transplantasi organ, menuntukkan narkotik, menjalani dialisis ginjal, tanda atau gejala penyakit hati, memiliki HIV, serta pernah terpapar virus Hepatitis C disarankan untuk tes darah.






Sumber: CNN


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30