Gerhana bulan merupakan salah satu fenomena alam yang langka jarang dapat disaksikan. Fenomena alam ini banyak orang sangat ingin menyaksikannya, tetapi bagi warga pedesaan di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur selalu identik dengan hal-hal yang negatif dalam kehidupannya.
Sehingga sebagian masyarakat pedesaan ada yang membuat makanan bubur (tajin) diberi pewarna bermacam-macam, semisal diatas bubur diberi warna merah, biru, hitam dan warna-warna lainnya. Bubur tersebut sebagai lambang tolak balak selama setahun.
Baca Juga:
Unik! 3 Desa di Sumenep ini Warganya Selalu Tidur di Atas Pasir
Kisah Warga Awar-awar Bersahabat dengan Buaya Sungai Porong
Bahkan, sebagian diantaranya, gerhana bulan dimanfaatkan untuk ‘membangunkan’ semua pepohonan yang jarang berbuah atau hewan peliharaanya. Mereka memukul-mukul pohon atau hewan peliharaannya dengan menggunakan kayu atau batu.
“Tujuannya, semoga pohon yang jarang berbuah bisa berbuah bagus. Bagitu juga hewan peliharaan, semoga cepat beranak. Dan saya baru saja membangunkan sapi di kandang,” kata Hairi, salah seorang warga Desa Tengedan, Kecamatan Batuputih, Sumenep.
Baca Juga:
Seram! Daftar Jembatan Angker dari Sabang Hingga Marauke
Hati-hati! Ini Beberapa Tol di Indonesia Terkenal Seram dan Sering Memakan Korban Jiwa
Jenglot, Benda Seram Harus Diberi Darah Tiap Hari, Malapetaka Bila Tidak Dituruti
Mitos tersebut sudah turun temurun ditengah kehidupan masyarakat pedesaan. Semua itu tentu minta sama Allah. “Mintaknya ya sama Allah, tapi kan sudah dari nenek moyang, katanya kalau gerhana bulan, semua pohon dan hewan disuruh bangunkan dengan cara di pukul-pukul,” katanya.
Baca Juga: portalmadura.com