Singapura resesi dan ancaman serupa terhadap Indonesia menjadi salah satu topik yang paling banyak dibicarakan. Kondisi ekonomi negara tersebut mengalami penurunan akibat terpukulnya bisnis dan belanja ritel setelah perpanjangan lockdown.
Dikutip dari Forbes, Rabu 15 Juli 2020, resesi adalah penurunan nyata aktivitas ekonomi yang terjadi selama beberapa bulan atau tahun. Para ahli mendeklarasikan resesi ekonomi ketika terjadi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, peningkatan angka pengangguran, jatuhnya usaha ritel dan kontraksi pendapatan dan manufakturing selama periode tertentu.
Baca Juga: Mungkinkah Indonesia Masuk Jurang Resesi? Setelah Singapura Resesi Hingga Minus Puluhan Persen
Resesi adalah penurunan secara signifikan aktivitas ekonomi yang terjadi dalam berbagai sektor perekonomian selama beberapa bulan. Biasanya terlihat pada Produk Domestik Bruto (PDB) riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran.
Pergerakan ekonomi negara, yang mengalami ekspansi dan kontraksi, suatu saat bisa mengalami resesi. Pandemi COVID-19 yang terjadi dalam waktu sangat cepat memang berdampak besar pada segala aspek kehidupan manusia dan negara.
Dikutip dari The World Bank, virus corona bisa mengakibatkan dunia mengalami resesi ekonomi terbesar setelah Perang Dunia Kedua.
Berikut fakta-fakta resesi ekonomi Singapura yang perlu kamu tahu:
1. Dua Kuartal Ekonominya Minus
Pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Singapura juga mengalami kontraksi hingga 2,2% yoy yang juga disebabkan oleh penyebaran COVID-19.
Memasuki kuartal I-2020, ekonomi Singapura makin terpuruk akibat pandemi yang tak kunjung berakhir. Ekonominya pun minus 41,2%.
2. Resesi Bisa Menular ke Indonesia?
Neraca perdagangan Indonesia dengan Singapura juga sudah mencatatkan penurunan periode Mei 2020. Hal ini karena melemahnya ekspor non migas.
3. Tanda-tanda Negara Mau Resesi
Ada beberapa tanda atau indikasi yang dapat dirasakan oleh masyarakat ketika perekonomian Indonesia mendekati jurang resesi. Menurut Menurut Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, yang mudah dirasakan adalah menurunnya pendapatan masyarakat.
Baca Juga: BPS Sebut DKI, Jabar dan Banten Paling Banyak Sumbang Orang Miskin Baru
Lalu yang kedua adalah laju pemutusan hubungan kerja (PHK) masih berlanjut, serta belum adanya kepastian kapan pekerja yang dirumahkan bisa mulai kembali bekerja.
Lalu indikasi yang ketiga adalah bantuan soslal (bansos) kepada masyarakat masih terus berlanjut.
Sumber: Detik.com, CNN, Kompas