Pangsiraman Situ Cisanti yang berada di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, selalu dikunjungi peziarah dan wisatawan.
Rata-rata pengunjung Situ Cisanti ini melakukan berdoa meminta berkah di makam yang berada di sekitar danau tersebut. Diketahui, makam yang berada di sekitar danau tersebut yakni makam Pangeran Ranggawulung Mayang Ciwe, Situs petilasan Dipati Ukur, dan Pangeran Jagatrasa.
Baca Juga: Curug Kancil di Jabar ini Dilarang Berpakaian Baju Merah bila Berkunjung, Begini Ceritanya
Baca Juga: Batu Bleneng di Tol Cipali ini Menyimpan Misteri Mengundang Maut bila Dihancurkan, Benarkah?
Entah mulai kapan kebiasaan warga berziarah di kawasan Arboretum Gunung Wayang Windu itu, namun warga meyakini mitos yang menyebutkan kawasan Cisanti merupakan tempat petilasan Sembah Dalem Dipati Ukur yang merupakan tokoh sejarah Sunda. Ia adalah Wedana para Bupati Priangan bawahan Mataram pada abad ke-17 yang ikut memimpin sebuah pasukan besar untuk menyerang Belanda di Batavia (1628) atas perintah Mataram.
Situ Cisanti merupakan danau buatan yang menampung air dari 7 mata air utama Sungai Citarum. Yakni mata air Pangsiraman, Cikolebere, Cikawadukan, Cikahuripan, Cisadana, Cihaniwung, dan Cisanti. Warga sekitar menyebut kawasan mata air ini dengan sebutan terhormat, yaitu mastaka Citarum atau kepala Citarum.
Dilansir dari travel.tempo.co, seorang juru pelihara makam bernama Mang Atep mengatakan, setiap mata air konon memiliki kesaktian. Misalnya mata air Pangsiraman menjadi tempat mandi bagi mereka yang ingin mencari jodoh, jabatan atau kekayaan. Air Cikahuripan untuk mendapatkan ketenangan batin, air Cikawadukan untuk memperoleh kesaktian.
Mitos ini masih tetap menjadi cerita di kalangan masyarakat Sunda. “Bahkan, masih ada sejumlah pejabat yang datang ke sini untuk mandi di sejumlah mata air di Situ Cisanti,” kata Mang Atep.
Situ Cisanti seluas 7 hektare itu dikelilingi perkebunan Talun Santosa, puncak Gunung Wayang, Windu, dan Gunung Rakutak. Udaranya dingin dan mudah berkabut. Di pagi hari, ketika matahari menyinari bagian tengah danau dan meninggalkan garis cahaya keemasan di rerumputan pinggir danau. Kabut tipis dan gulungan awan hitam memayungi hutan di punggung dan puncak gunung.
Wisatawan umumnya melakukan hiking mengelilingi pinggiran danau atau ke hutan-hutan di punggung bukit, berperahu keliling danau, makan bersama atau botram, atau sekadar kongko bersama teman-teman sambil melepas penat melihat kebun saya dan pohon kopi.
Baca Juga: Jembatan Eretan di Indramayu ini Terkenal Angker, Begini Cerita Mistis dari Seorang Nenek
Jarak menuju Situ Cisanti sekitar 45 kilometer dari pusat Kota Bandung. Kondisi jalan menuju tempat wisata sebagian besar sudah mulus beraspal dan beton. Beberapa ruas jalan masih jelek namun jaraknya pendek saja karena pengerjaan yang belum selesai. Tiket masuk ke kawasan itu, Rp 5.000 per orang dan parkir kendaraan Rp 2.500. Tidak ada rumah makan, hanya warung-warung kopi dan beberapa pedagang makanan pikulan di sekitar danau.