Pusat Kajian Ipteks Eukaliptus Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (USU) tengah melakukan penelitian ekstraksi senyawa aktif minyak atsiri yaitu eukaliptol atau 1,8 cineole pada daun sepuluh jenis tanaman eucalyptus.
Senyawa kimia yang dihasilkan diyakini dapat menghambat dan merusak kemampuan virus memperbanyak dirinya sehingga akan diaplikasikan menjadi produk anti corona atau COVID-19.
Baca Juga: Anggaran Kesehatan, Ternyata Bukan Hanya Untuk Kemenkes, Menurut DPR
Tanaman eucalyptus ini banyak tumbuh di Sumatera Utara. Dari satu kilogram daun eucalyptus diperoleh 0,8 persen minyak 1,8 cineole.
Pusat Kajian Ipteks Eukaliptus Universitas Sumatera Utara yang berdiri tahun 2018 ini telah berhasil mengekstraksi minyak atsiri dari sepuluh jenis tanaman eucalyptus. Preparasi menggunakan teknologi destilasi uap atau penyulingan uap maupun fermentasi.
Baca Juga: Baim Wong Trending di Twitter dengan Tagar #ShameonYouBaim, Ternyata Gara-gara Ini
Hasil ekstraksi ini kemudian dianalisis oleh peneliti di Pusat Kajian Ipteks Eukaliptus Universitas Sumatera Utara. Minyak atsiri eukaliptol giat diteliti karena aromanya yang menenangkan sehingga banyak dipakai sebagai aroma terapi.
“Senyawa kimia yang dapat menghambat dan merusak kemampuan virus memperbanyak dirinya terus diuji menjadi produk antivirus dimulai dengan membuat hand sanitizer alami anti virus COVID-19,” terang Peneliti Pusat Kajian Ipteks Eukaliptus Muhammad Taufik, Selasa (30/6/2020).