Pulau Maratua di Kaltim, Pernah Dihuni Manusia Setengah Iblis, ini Ceritanya

Pulau Maratua di Kaltim, Pernah Dihuni Manusia Setengah Iblis, ini Ceritanya

Ekel Suranta Sembiring
2020-06-26 18:55:43
Pulau Maratua di Kaltim, Pernah Dihuni Manusia Setengah Iblis, ini Ceritanya
Pulau Maratua (foto:arcgis.com)

Di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim) banyak terdapat pulau yang indah dan eksotis. Salah satunya nama pulau yang sudah terkenal luas namanya ialah Pulau Derawan.

Sedikit berbeda dengan Pulau Maratua, pulau yang bertetangga dengan Pulau Derawan. Pulau Maratua yang sama cantiknya dan masyarakat penghuninya punya sejarah panjang tentang kehidupan dan budaya mereka sendiri.

Baca Juga: Pulau Derawan di Kaltim, Pulau Eksotis Menyimpan Kisah Tragis Asal Usul Namanya

Dikutip dari hot.detik.com, seorang warga setempat bernama Wilson menjelaskan, bahwa nama Maratua itu diambil dari kata Masak Tuba. Konon, di pulau itu dulu tinggal makhluk yang disebut Kokok, begitulah warga sekitar menamainya.

"Kokok adalah makhluk separuh manusia dan separuh iblis. Ia mengambil para perempuan disini untuk dinikahi," jelas Wilson.

Warga mulai gelisah sekaligus geram dengan keberadaan Kokok di kampung mereka. "Kita memasak air tuba ini seperti air susu, untuk meracuni Kokok."

Kokok sendiri dikisahkan tinggal di sebuah Goa, yang sampai kini Goa tersebut masih eksis, namanya Goa Kabok.

Suatu ketika, ketika ada seorang suami yang melaut dan meninggalkan istrinya dirumah. Kokok menculik sang istri dan ini menjadi puncak kegeraman warga.

"Akhirnya semua orang masak tuba, kita kan sudah tahu goanya dimana, akhirnya si Kokok meminum racunnya dan ia mati," ujarnya.

Hingga kini, ritual ke goa masih diterapkan oleh warga, secara simbolis. Artinya hanya dilakukan per orangan tidak berkelompok dan hanya pada momen tertentu. Misal bila ada anggota keluarga yang tertimpa musibah, seperti sakit.

Baca Juga: PPDB Jakarta 2020 Jadi Polemik, Namun Ombudsman Beri Dukungan

"Sekarang ini secara simbolis ritualnya masih dilakukan, karena kita kalau enggak melakukan itu, nanti kena. Istilahnya anak bisa jadi sakit-sakitan-sakitan. Kita tanya ke tetua disini, nanti kita diingatkan belum melakukan ritual."

Mereka bisa melakukannya dirumah, menyediakan sesajian selama tiga hari. Ia pun menekankan ritual ini bukan untuk menduakan keesaan Tuhan. Ini dilakukan karena alasan ritual yang diwariskan oleh para leluhurnya.

"Saat ritual ini dilakukan, nanti tetua kita seperti kerasukan jin. Omongannya kita hanya coba mengartikan, karena bahasa jin. Jadi kita tak terlau paham tapi kadang mengerti juga kalau pas dengan suatu kejadian." ucapnya.

Diketahui, Pulau Maratua, bisa dicapai dengan perjalanan laut selama hampir tiga jam dari Tanjung Selor, Berau. Atau sekitar satu jam tiga puluh menit dari Pulau Derawan.

Di pulau ini terdapat penduduk dari Suku Bajou dan tersebar di 4 kampung. Dua yang kami susuri adalah Desa Bohe Bukut dan Desa Payung-Payung.


Share :