Danau Maninjau di Sumbar, Minyimpan Mitos Asal Mula Terbentuk dari Kisah Sepasang Kekasih

Danau Maninjau di Sumbar, Minyimpan Mitos Asal Mula Terbentuk dari Kisah Sepasang Kekasih

Ekel Suranta Sembiring
2020-06-26 15:57:43
Danau Maninjau di Sumbar, Minyimpan Mitos Asal Mula Terbentuk dari Kisah Sepasang Kekasih
Danau Maninjau (foto: traveler.id))

Danau Maninjau yang berada di wilayah Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat (Sumbar) merupakan salah satu objek wisata andalan Sumbar yang indah. Danau Maninjau ada di ketinggian 461,5 meter dari permukaan laut sehingga udara di sekelilingnya cukup sejuk dan menyegarkan.

Danau ini bisa didatangi dari arah Kota Padang maupun Lubuk Basung. Tapi perjalananmu pasti akan lebih menarik kalo kamu mendatangi Danau Maninjau dari arah Bukittinggi, karena di jalur ini kamu akan disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan di sepanjang jalan yang berkelok-kelok atau yang populer disebut Kelok 44.

Baca Juga: Ada Terowongan Rahasia di Danau Singkarak ke Danau Maninjau di Sumbar, Benerkah?

Suasana di sekitar Danau Maninjau yang masih alami dan rapat dengan aneka pepohonan cocok buat kamu yang pengen menyepi mencari ketenangan atau ketenangan batin. Di Danau Maninjau yang damai inilah salah satu sastrawan ternama Indonesia, Buya Hamka, lahir dan dibesarkan. Dan keindahan Danau Maninjau menjadi inspirasi bagi novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wick yang membesarkan namanya hingga saat ini.

Dikutip dari pegipegi.com, masyarakat sekitar percaya bahwa Danau Maninjau terbentuk ratusan tahun silam akibat letusan sebuah gunung berapi yang bernama Gunung Sitinjau. Menurut mereka bukit-bukit yang mengelilingi danau seluas 100 meter persegi itu membuat Danau Maninjau bagaikan sebuah cekungan di puncak sebuah gunung. Tapi sayangnya belum ada penelitian yang dilakukan buat membuktikan kebenaran cerita ini.

Menurut orang-orang tua setempat, dulu banget sebelum Danau Maninjau terbentuk ada sepuluh orang bersaudara yang sudah ditinggal mati orangtuanya yang tinggal di kawasan itu. Si sulung bernama Kukuban, sedangkan si bungsu adalah seorang perempuan cantik bernama Sani. Kukuban dan adik-adik laki-lakinya dijuluki Bujang Sembilan oleh masyarakat setempat.

Bujang Sembilan punya seorang paman yang baik hati bernama Datuk Limbatang dan ia punya seorang anak lelaki yang ganteng bernama Giran. Karena sering ketemuan, Sani dan Giran akhirnya jatuh hati. Datuk Limbatang juga tak keberatan dengan hubungan mereka dan ia malah ingin menikahkan kedua sejoli ini.

Namun, si sulung Kukuban nggak setuju karena ia pernah dikalahkan Giran dalam pertandingan pencak silat dan merasa benci kepadanya. Suatu hari Giran dan Sani bertemu secara diam-diam karena Sani tak ingin membuat kakaknya tersinggung. 

Tapi Kukuban menguntit Sani dari belakang dan menuduh mereka telah melakukan perbuatan tak senonoh. Para warga pun percaya akan hasutan Kukuban dan mereka mengarak Giran dan Sani untuk dilemparkan ke kawah panas Gunung Sitinjau sebagai hukuman.

Sebelum dilemparkan ke kawah, Giran mengucap sumpah, “Ya Allah, biarkan tubuh kami hancur jika kami bersalah. Tapi kalo kami tak bersalah, ubahlah Bujang Sembilan menjadi ikan," ucapnya.

Sesudah pasangan kekasih ini melompat ke dalam kawah, Gunung Sitinjau pun meletus dengan hebatnya dan laharnya menghancurkan apapun yang dilewatinya. Bekas letusan Gunung Sitinjau berubah menjadi Danau Maninjau dan di sanalah Bujang Sembilan hidup sebagai sembilan ekor ikan.

Baca Juga: Dibuka Pagi Tadi, Rupiah Kembali Perkasa di Rp. 14.105/USD

Nah, begitulah mitos yang terdapat dari warga setempat asal mula terbentuknya Danau Maninjau. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita ini mengingatkan kita agar tidak memfitnah sekalipun orang yang kita benci, karena fitnah itu lebih kecam dari pada membunuh.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30