Ini Catatan Ikatan Dokter Anak Jika Sekolah Dibuka Lagi di Tengah Pandemi

Ini Catatan Ikatan Dokter Anak Jika Sekolah Dibuka Lagi di Tengah Pandemi

Ahmad
2020-06-26 07:00:00
Ini Catatan Ikatan Dokter Anak Jika Sekolah Dibuka Lagi di Tengah Pandemi
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan sejumlah catatan jika sekolah akan dibuka kembali di masa pandemi virus Corona baru (COVID-19). IDAI menekankan agar sekolah-sekolah siap dengan PCR test untuk para siswa. Foto: Istimewa

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan sejumlah catatan jika sekolah akan dibuka kembali di masa pandemi virus Corona baru (COVID-19). IDAI menekankan agar sekolah-sekolah siap dengan PCR test untuk para siswa.

"PCR kita jauh di bawah Korea dan lain-lain, bahkan Pakistan. Ini tentu jadi kendala ketika sekolah buka (tapi) kita tidak siap. Saat ini banyak yang buka hanya mengandalkan rapid test. Rapid test ini tidak bisa untuk diagnosis. Memang ada katanya penerbangan boleh pakai rapid test, itu orang dewasa. Saya tidak mau komentar, tapi sangat berbahaya itu. Jadi kalau mau terbang, dia pakai rapid test itu sangat berbahaya. Kalau anak, kita tidak mau memberikan dia hanya dengan rapid test, harus PCR," kata Ketua PP IDAI dr Aman Pulungan dalam rapat di Komisi X DPR, Kamis 25 Juni 2020.

Baca Juga: Jokowi Sebut Banyuwangi Paling Siap Menuju New Normal, Ini Alasannya

"Kalau kita membuka sekolah, berarti kita harus perkirakan kasus akan meningkat, berapa perawatan ICU, dan jumlah kematian kemungkinan juga akan meningkat," ujarnya.

dr Aman mengatakan ada sekitar 60 juta anak yang akan masuk sekolah dari jenjang PAUD hingga SMA. Menurut dr Aman, risiko anak tertular dan menularkan COVID-19 akan tinggi di sekolah.

"Anak yang akan masuk sekolah ini perkiraannya ada sekitar 60 juta, dari SD, PAUD, SMA, SMA, dan lain-lain dari seluruh Indonesia. Jadi bisa kita bayangkan ini berapa banyak semua anak kalau dia OTG yang lain-lain ini berapa banyak potensi mereka tertular dan mereka bisa menularkan. Kalau ada gejala, semua ini harus di-tracing, dan harus di-swab semuanya, diisolasi semua," tegasnya.

IDAI juga memberi catatan untuk pesantren dan boarding school harus bisa menerapkan protokol kesehatan COVID-19. Jika tidak, dr Aman khawatir pesantren akan menjadi klaster baru penularan COVID-19.

"Untuk pesantren dan boarding school, ada 19 juta anak yang akan masuk pesantren dan boarding school. Tapi ini kalau kita tidak hati-hati, ini akan ada klaster-klaster baru banyak. Karena sekolah maupun pesantren kita anatominya tidak sesuai dengan protokol COVID," kata dr Aman.

Menurut dr Aman, pembukaan kembali sekolah harus memperhatikan faktor epidemiologi, sistem kesehatan, dan pemantauan kesehatan masyarakat. dr Aman menilai sistem kesehatan belum berjalan dan tracing kontak Corona pun belum merata di semua provinsi.

"Ada tiga hal kalau kita mau buka. Epidemiologi, apakah wabah telah terkendali? Kalau bagi kami, ketika kasus anak masih meningkat, yang meninggal masih meningkat, yang sakit masih meningkat, kami melihat belum terkendali. Sistem kesehatan, apakah sistem kesehatan mampu menangani meningkatnya kasus COVID yang dilakukan protokol kesehatan? Kami melihat, mohon maaf, sistem ini masih lemah," ujar dr Aman.

Baca Juga: Hebat, Jabar Serap Investasi Rp 137 T di 2019

"Sistem belum berjalan. Pemantauan kesehatan masyarakat, ini kita melihat tracing atau pelacakan dan surveillance atau pengawasannya baik di 5-6 provinsi, tapi tidak di semua provinsi," pungkasnya.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30