Di Pulau Sulawesi terdapat satu jenis satwa khas yang unik yang masih tergolong dalam ordo primata dan masuk pada kelas mamalia bernama Balao Cengke atau Tangkasi atau Tarsius Tarsier.
Sekilas satwa satu ini mirip seperti monyet, tetapi Balao Cengke memilki tubuh yang lebih kecil jika dibandingkan dengan monyet.
Ciri lainnya yang juga unik dan membuat Balao Cengke terlihat lucu adalah ukuran matanya yang cukup besar dan berbentuk bulat. Mata besar dari Balao Cengke ini berfungsi untuk melihat dengan tajam ketika dalam kegelapan.
Baca Juga: Wisata Pulau Cinta yang Romantis di Gorontalo, Cocok untuk Tempat Honeymoon
Tetapi sebaliknya ketika siang hari mata Balao Cengke tidak terlalu efektif karena Balao Cengke masih termasuk dalam jenis hewan nokturnal.
Hewan yang satu ini juga ternyata romantis, hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya alias monogami. Jika pasangannya mati, maka tarsius tidak akan mencari pasangan pengganti.
Balao cengke juga dapat memutar kepalanya seperti burung hantu sampai 180 derajat ke arah kiri atau kanan.
Selain dikenal dengan nama Balao Cengke atau Tangkasi, satwa satu ini juga dikenal dengan nama Tarsius.
Penggunaan nama Tarsius dilatarbelakangi oleh ciri fisiknya yang memiliki tulang tarsal panjang, yang membentuk pergelangan kaki dan membuatnya bisa melompat sejauh tiga meter dari pohon ke pohon.
Layaknya monyet, Balao Cengke ini juga memiliki ekor yang panjang, namun ekor dari Balao Cengke hampir tidak memiliki bulu kecuali pada ujungnya.
Pada kaki dan tangan Balao Cengke memiliki lima jari yang cukup panjang. Hampir semua jari memiliki kuku kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar dan berfungsi untuk melakukan grooming.
Ketika berburu pada malam hari Balao Cengke akan mencari berbagai hewan kecil untuk dijadikan makananya seperti serangga dan vertebrata kecil seperti ular atau cicak.
Baca Juga: Peneliti LAPAN, Sebut Indonesia Akan Saksikan Gerhana Matahari Sebagian Pada Hari Minggu Ini
Kemudian akan kembali ke sarang yang biasanya berada pada pohon-pohon hutan jenis ficus sp. Sebagai mekanisme pertahanan Balao Cengke biasanya menandai daerah teritorinya dengan meninggalkan jejak urine pada pohon-pohon disekitar sarangnya.
Seperti hewan pada umumnya yang memiliki predator, Balao Cengke juga memiliki predator alaminya sendiri seperti ular, burung hantu, biawak, atau tikus yang dapat memangsanya sewaktu-waktu.
Selain menghadapi ancaman dari predator alaminya, Balao Cengke juga menghadapi ancaman lain seperti perburuan, hilangnya habitat karena degradasi lingkungan, atau menjadi hewan peliharaan yang membuat populasinya di alam semakin berkurang.
Ancaman-ancaman tersebut membuat Balao Cengke menjadi salah satu hewan yang harus dilindungi menurut PP. No. 7/1999 dan UU No. 5/1990.