Perusahaan farmasi AstraZeneca Plc telah menandatangani kontrak dengan pemerintah kawasan Uni Eropa untuk memasok vaksin yang potensial bisa melawan virus corona.
Kontrak tersebut berisi kesepakatan bahwa AstraZeneca akan menyediakan 400 juta dosis vaksin yang saat ini dikembangkan oleh University of Oxford.
Dalam kesempatan yang sama, perusahaan farmasi itu juga menyebutkan mereka sedang mencari cara untuk memperluas pembuatan vaksin.
Baca Juga: PHK Karyawan, Grab Jadikan Laptop Kado Perpisahan
Perusahaan farmasi asal Inggris ini mengaku akan memasok vaksin tanpa keuntungan selama pandemi corona. Pengiriman akan dimulai pada akhir tahun 2020.
Kesepakatan itu adalah kontrak pertama yang ditandatangani oleh Aliansi Vaksin Inklusif Eropa (IVA), sebuah kelompok yang dibentuk oleh Perancis, Jerman, Italia, dan Belanda untuk mengamankan dosis vaksin bagi semua negara anggota Uni Eropa sesegera mungkin.
"Ini akan memastikan bahwa ratusan juta orang di Eropa akan memiliki akses ke vaksin ini, tentu saja jika itu berhasil dan kita akan tahu bahwa pada akhir musim panas," kata kepala eksekutif AstraZeneca, Pascal Soriot yang dikutip Reuters, Rabu 17 Juni 2020.
Dia mengatakan, pihaknya memiliki "harapan baik" bahwa vaksin akan berhasil, berdasarkan data awal.
"Aliansi akan bekerja sama dengan Komisi Eropa dan negara-negara lain di Eropa untuk memastikan semua orang di seluruh Eropa diberikan vaksin," katanya.
China, Brasil, Jepang dan Rusia juga telah menyatakan minatnya.
Badan Regulasi Obat-obatan dan Produk Kesehatan Inggris (MHRA) telah menyetujui dimulainya uji coba fase III vaksin setelah studi menunjukkan kemanjuran dan keamanan yang cukup.
Pada pertemuan para Menteri Kesehatan Uni Eropa pada Jumat lalu, IVA setuju untuk menggabungkan kegiatannya dengan kegiatan Komisi Uni Eropa.
Baca Juga: Rupiah Kembali Menguat atas Dolar Amerika di Rp 14.060
AstraZeneca telah menyetujui kesepakatan manufaktur secara global untuk memenuhi target memproduksi 2 miliar dosis vaksin, termasuk dengan dua usaha yang didukung Bill Gates dan perjanjian Rp 17 miliar dengan pemerintah AS.
"Banyak negara di dunia sudah mendapatkan vaksin, Eropa belum. Tindakan cepat terkoordinasi dari sekelompok negara anggota akan menciptakan nilai tambah bagi semua warga negara Uni Eropa dalam krisis ini," kata Menteri Kesehatan Italia Roberto Speranza.