Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendukung penelitian tim Universitas Airlangga (Unair). Hal itu dilakukan setelah menemukan obat yang diindikasi sebagai penawar dan membantu penyembuhan bagi pasien Covid-19.
"Kami sangat mengapresiasi dan mendukung. Ini merupakan salah satu upaya untuk mempercepat penanganan COVID-19 di Jatim, bahkan di Indonesia," kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Surabaya, Minggu, 14 Juni 2020.
Baca Juga: Piskesmas di DKI Gratiskan Swab Test, Cek Syaratnya
Karena itu, Khofifah memberikan kesempatan bagi tim peneliti Unair yang berkolaborasi dengan Gugus Tugas COVID-19 Indonesia dan Badan Intelijen Negara (BIN) tersebut agar bisa diteliti serta dikembangkan di Rumah sakit milik Pemprov.
Lebih lanjut, dengan adanya penelitian itu, Khofifah juga berharap akan bisa meningkatkan rasio angka kesembuhan serta dalam waktu sama bisa menurunkan angka kematian.
Sebelumnya, tim Unair menyampaikan terdapat lima kombinasi obat yang dinyatakan berhasil melalui penelitian, yakni loprinavir-ritonavir-azitromisin, loprinavir-ritonavir-doxixiclin, loprinavir-ritonavir-klaritomisin, hidroksiklorokuin-azitromisin dan hidroksiklorokuin-doksisiklin.
Untuk penggunaan kelima kombinasi obat tersebut terjamin keamanannya, bisa digunakan dengan cepat karena obat itu sudah ada di pasaran serta telah lulus uji klinis.
Bahkan, obat itu juga telah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga aman dikonsumsi.
Disisi lain, Rektor Unair Prof Nasih menegaskan, pihaknya telah melakukan proses uji toksisitas dan pengujian kombinasi efektivitas pada kelima regimen kombinasi obat.
Baca Juga: Begini Jadwal dan Tahapan Pilkada 2020 di Tengah Pandemi Covid-19
Pengujian yang telah dilakukan yakni dengan menumbuhkan berbagai jenis sel yang menjadi sel target jenis virus seperti sel paru, sel ginjal, sel trakea, sel liver sebagai tempat untuk menumbuhkan sel virus SARS-CoV-2 yang merupakan sel COVID-19 asli Indonesia.
"Sel SARS-CoV-2 sampelnya yang didapat dari Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) dan sudah mendapat sertifikasi uji layak etik dari Tim Etik RSUA," katanya.
Selanjutnya, Nasih mengatakan tahap berikutnya merupakan uji kombinasi obat dari sel sehat untuk mencari dosis toksik dari kombinasi obat tersebut.