Muara Motonuno di Sultra, Wisata Pertama di Muna Menyimpan Mitos Tempat Mandi Para Bidadari

Muara Motonuno di Sultra, Wisata Pertama di Muna Menyimpan Mitos Tempat Mandi Para Bidadari

Ekel Suranta Sembiring
2020-06-15 16:31:49
Muara Motonuno di Sultra, Wisata Pertama di Muna Menyimpan Mitos Tempat Mandi Para Bidadari
Muara Motonuno (foto: instagram.com/xaverius_endro)

Muara Motonuno merupakan wisata pertama kali ada di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang memilimi mitos. 

Muara Motonuno memiliki luas sekitar 400 meter persegi. Muara air tawar ini, berdekatan dengan Pantai Meleura yang disebut-sebut wisata pertama di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Berkunjung ke tempat ini, pengunjung langsung disuguhkan jernihnya air dan sejuknya udara di sekitaran muara.

Dinamakan Motonuno yang artinya tenggelam (hanyut), berdasarkan cerita ada seorang penenun yang benangnya jatuh kebawah. Saat dia turun mengambil, tiba-tiba saja terjadi getaran diatas permukaan daratan yang menjadi sebuah muara dan wanita penenun ikut terhanyut kedalamnya. Tapi disisi lain, para orang tua terdahulu mengatakan Muara Motonuno tempat mandinya para bidadari.

Baca Juga: Mengenal Laborombonga, Hantu Pemakan Api di Hutan Sultra

Dikutip dari sultrakini.com, Salah Satu Tokoh Pemuda Desa Lakarinta bernama La Mbisa mengatakan, dulu kala belum terdapat Desa Korihi dan Desa Lakarinta di Kecamatan Lohia. Desa yang ada hanya Mantobu dipimpin oleh De Kalembangu. Tahta kemudian diteruskan oleh anak pertamanya bernama De Balawo dan digelar sebagai pelopor perluasan wilayah.

Di zaman Raja Muna ke-XVI, La Ode Husaini bergelar Omputo Sangia, dibukalah sayembara untuk mengusur pemberontak yang bekerjasama dengan penjajah Belanda kala itu. Bagi yang menyahuti target itu, jabatan raja akan diberikan atau memilih hadiah sesuai keinginan si kesatria tersebut. Sayembara saat itu ditujukan untuk memperjuangkan wilayah laut Dhungkere (Labuan) yang dikuasai pemberontak.

De Balawo yang diperkuat oleh ketiga putranya, yakni Lade Kaheru bergelar Maliwuto, Lade Koke bergelar Mahakiki, dan Lade Tompano yang digelar Maharate serta perjuangan masyarakat kampung mampu mengusir pemberontak dengan memenggal kepala pimpinannya kemudian dibawalah ke hadapan Raja Omputo Sangia.

Saat itulah terjadi peristiwa sejarah perluasan wilayah. Ketika De Balawo tidak berkenan menggantikan kedudukan Raja Omputo Sangia. Namun sebatas meminta perluasan wilayah dari batas Motonuno arah pantai sampai Wahunda dan Raghu yang sekarang menjadi batas wilayah Desa Mantobua dan Desa Lohia.

“Motonuno inilah yang dipelihara masyarakat dari turun temurun sebagai sumber kehidupan kebutuhan air bersih. Hingga masuk dimasa Gubernur Sulawesi Tenggara ke-IV, Abdullah Silondae pada tahun 1978 yang membuatkan ruas jalan untuk dijadikan tempat wisata permandian air tawar dan merupakan objek wisata pertama di Muna,” tutur La Mbisa.

Mitos Muara Montonuno berkembang di kalangan masyarakat bahwa terdapat sebuah batu bernama Kontu Pokolo tingginya sekitar satu meter tempat Wa Porante memberi makan buaya peliharaannya. Namun sebelum menjelang wafat, buaya peliharannya itu disumpahi dan saat Wa Porante wafat buaya peliharannya pun ikut menghilang.

“Konon menurut cerita masyarakat setempat, Muara Motonuno itu barbau mistis dan dikenal angker. Saat berkunjung, tidak boleh salah bicara karena bisa mengakibatkan kejadian fatal. Selain itu, dulunya menjadi tempat Wa Porante memelihara buaya. Jadi buayanya itu macam-macam ada warna loreng juga warna putih,” terang Imam Desa La Ntawakala (78) yang juga sebagai tokoh sejarah Desa Lakarinta.

Baca Juga: Benteng Sorawolio di Sultra, Menyimpan Cerita Mistis yang Sangat Seram

Untuk diketahui, muara Motonuno merupakan salah satu objek wisata permandian air tawar yang dikenalkan Pemda Muna sebagai daya tarik wisata pada Festival Pantai Meleura bertaraf nasional pada 13-17 Desember 2017.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30