Batu Lapidde yang berada di puncak Kappire, Dusun Pange, Desa Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan (Sulsel) hampir sama kisahnya dengan Batu Malin Kundung di Provinsi Sumatera Barat. Batu ini terdapat batu menyerupai manusia. Akan terlihat lebih jelas ketika awan putih tepat berada di belakangnya.
Dikutip dari barru.org, tiga orang penduduk yang bermukim di dusun Pange’ dekat dari gunung bernama Lawati, Anwar, dan La Hateng mengatakan, bahwa gunung Lapidde’ adalah orang yang dikutuk menjadi batu. La Wedi, itulah nama sebenarnya dari Lapidde’. Dahulu, ketika datu atau raja memerintahkan masyarakat untuk berburu, maka bergegaslah masyarakat bersama anjing peliharaan mereka untuk menjalankan perintah sang datu.
Baca Juga: Danau Mo’oat di Sulut, Dihuni Mahluk Halus Berbentuk Kerajaan, Benarkah?
Sudah jadi kebiasaan masyarakat sejak dulu, Ketika akan berburu selalu mengikut sertakan anjing peliharaan. La Wedi pun tidak pernah ketinggalan untuk selalu ikut dalam perburuan. Namun ada hal aneh yang kerap terjadi setiap kali La Wedi berburu. Jika ia berburu bersama orang banyak, tidak satupun hewan buruan yang diperolehnya. Tapi jika hanya ia seorang diri yang pergi berburu, maka dua ekor rusa bisa ia pikul untuk dibawa pulang. Olehnya itu, La Wedi berinisiatif untuk pergi berburu sendiri.
Namun yang terjadi anjing-anjingnya tidak menemukan binatang buruan seekor pun. Akhirnya ia duduk di atas batu dan meluapkan rasa jengkelnya kepada anjing-anjingnya sembari berkata “saya akan melemparmu jika saja ada batu”.
Rasa kesalnya saat itu membuat La Wedi benar-benar buta. Padahal ada banyak batu di sekitarnya. Akibat berbicara senonoh (takkaboro’), seketika itu pula La Wedi beserta anjing-anjingnya berubah menjadi batu.
Setelah berubah menjadi batu, masyarakat menamainya dengan sebutan Lapidde’. Tidak ada yang tahu persis apa arti Lapidde’. Batu Lapidde’ sudah ada sejak dulu. Penuturan masyarakat mengatakan batu ini muncul sejak Belanda masuk menjajah Nusantara, sekitar abad ke 16.
Muliati seorang warga setempat juga mengatakan, dibawah batu Lapidde terdapat juga batu mirip manusia, ia mengatakan batu itu adalah istri Lapidde. Sejak berburu dahulu, istrinya selalu mengantarkan makanan ke atas gunung. Berubahnya menjadi batu membawa dampak yang sama pada istrinya.
Muliati juga menambahkan, dulu batu istri Lapidde’ ini tinggi. Adanya perubahan alam, maka tinggallah bagian kepala hingga pundak yang nampak karena terkubur tanah.
Selain manusia biasa yang dikutuk menjadi batu karena perkataannya yang senonoh (takkaboro’), ada beberapa hal yang menakjubkan di sekitar batu ini. Seperti bau pesing di sekitar batu Lapidde’ yang berasal dari tetesan air pada batu tersebut, pohon yang tidak bisa tumbuh di atas batu ini, serta beberapa batu yang berbentuk anjing dalam posisi badan menekuk, duduk, berdiri, dan dendeng rusa hasil buruan La Wedi dulu.
Untuk mengunjungi batu tersebut tidak mudah, karena jalan yang menanjak, berliku, dan banyaknya bebatuan sehingga sulit untuk menemukan arah menuju Batu Lapidde’. Tinggi batu ini sekitar 50 meter. Untuk melihat batu menyerupai manusia, kita harus berada dari arah yang jauh, misalnya di dusun Pange’.
Hingga saat ini masyarakat mengkeramatkan Batu Lapidde’. Salah satu ritual masyarakat dusun Pange’ ketika hendak menunda turunnya hujan. Jadi, kalo’ teman-teman ingin berkunjung langsung, alangkah baiknya memanggil warga sekitar untuk menemani menuju ke Batu Lapidde’.