Ngilu! Mengenal Nasu Palek, Tradisi Iris Daun Telinga dari Suku Dani

Ngilu! Mengenal Nasu Palek, Tradisi Iris Daun Telinga dari Suku Dani

Ekel Suranta Sembiring
2020-06-09 13:39:52
Ngilu! Mengenal Nasu Palek, Tradisi Iris Daun Telinga dari Suku Dani
Suku Dani Papua (foto: detikTravel)

Indonesia terkenal dengan memiliki ribuan suku yang tersebar di seluruh penjuru pulau. Indonesia kaya akan perbedaan dengan banyaknya suku yang dimiliki. Dari banyaknya suku yang dimiliki, tentu banyak tradisi juga di dalamnya. Salah satunya cara berkabung. Tentu dari setiap suku mempunyai perbedaan dalam cara berkabung.

Di daerah papua, khususnya suku Dani memiliki tradisi berkabung yang mengerikan, Yang sering disebut dengan Nasu palek. Mereka tak hanya melakukan potong jari saja, tapi juga memotong daun telinga. Ngeri bukan ya? Tapi mereka punya latar belakang seperti yang akan diulas oleh Correcto.id berikut ini.

Setiap orang memang memiliki cara masing-masing untuk mengungkapkan rasa berdukanya. Namun, cara yang dilakukan oleh masyarakat Dani di Papua ini termasuk dalam kategori sadis. Mereka memotong sedikit daun telinga ketika anggota keluarga yang meninggal.

Tradisi memotong daun telinga atau Nasu Palek ini bertujuan untuk menyampaikan rasa duka atas kepergian anggota keluarga. Ibaratnya rasa sakit yang dirasakan saat upacara pemotongan daun telinga mewakili kepedihan saat ditinggal orang yang dicintai.

Baca Juga: Mengenal Omed-omedan, Tradisi Ciuman Anak Muda di Bali Setiap Setahun Sekali

Satu ruas jari yang berharga atau satu irisan telinga yang berkurang menunjukkan hormat mereka pada ayah, ibu, anak, maupun saudara yang berpulang. Meski menyakitkan, tradisi ini memiliki filosofi yang mendalam tentang keberadaan dan kehilangan kerabat. Sementara itu, luka dan kehilangan pada akhirnya akan pulih seiring waktu berlalu.

Hidup di pedalaman nggak semudah seperti di desa atau di kota. Fasilitas yang ada untuk menyokong kehidupan sehari-hari tentulah minim sekali. Untuk melakukan tradisi Nasu Palek ini, masyarakat Dani menempuh cara yang bisa dikatakan mengerikan.

Mereka menggunakan bambu yang sudah diiris tipis untuk memotong daun telinga. Sakit sih jangan ditanya, pasti rasanya sampai ke dada. Ya, itulah memang yang ingin disampaikan melalui tradisi ini. Rasa sakit yang mendalam karena ditinggal keluarga.

Tradisi potong daun telinga untuk berduka ini sudah ada sejak dulu kala. Baik pria maupun wanita melakukannya saat ada anggota keluarga yang berpulang. Bedanya, kalau wanita menjalani tradisi Ikipalin terlebih dahulu, yaitu memotong jari tangan.


Tradisi Potong Jari Suku Dani (foto: Hutan)

Jika jari tangan sudah habis, barulah mereka menjalankan tradisi Nasu Palek. Sedangkan untuk para pria suku Dani, mereka akan langsung menjalankan tradisi Nasu Palek ketika kehilangan anggota keluarga. Setelah itu diikuti dengan mandi lumpur. Namun, sebelum mandi lumpur luka di telinga dibungkus terlebih dahulu dengan tanaman obat-obatan.

Baca Juga: Lae Pandaroh, Air Terjun di Dairi Ini, Akan Berubah Warna Jadi Seperti Darah Kalau Hujan

Semakin lama peradaban manusia juga berkembang. Begitu pula dengan tradisi Nasu Palek ini. Saat ini sudah banyak masyarakat suku Dani yang meninggalkan praktik memotong daun telinga.

Penyebab ditinggalkannya tradisi ini adalah karena perkembangan jaman dan mulai masuknya pengaruh agama. Efek baik ditinggalkannya tradisi ini adalah mereka tak lagi harus mengorbankan dan kehilangan anggota tubuhnya. Di sisi lain, masyarakat setempat kehilangan sebuah tradisi dari nenek moyang.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30