Penguatan nilai tukar rupiah belakangan ini disebabkan beberapa faktor. Salah satunya limpahan arus dana asing yang keluar dari India dan masuk ke Indonesia yang menyebabkan permintaan atas rupiah melonjak.
Lebih lanjut, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menilai penguatan lebih lanjut dari rupiah juga akibat adanya investor yang memindahkan asetnya dari pasar India. Mereka menarik dananya akibat adanya penurunan rating negara tersebut dari BAA2 menjadi BAA3 dan menurunkan outlooknya dari stabil menjadi negatif.
Baca Juga: Simak dan Ingat, Ini Panduan Terbaru WHO Terkait Pencegahan Corona
"Dengan struktur negara yang mirip, penurunan ini diperkirakan menjadi salah satu faktor yang mendorong perpindahan aset ke Indonesia, yang kemudian meningkatkan permintaan akan Rupiah dan mendorong penguatan rupiah," terangnya, Minggu 7 Juni 2020.
Dolar Amerika Serikat (AS) memang sedang cenderung melemah. Secara umum dolar AS turun 1,7% terhadap mata uang utama selama seminggu ini.
Pelemahan ini utamanya disebabkan oleh terakumulasinya ekspektasi dari para investor terkait pembukaan ekonomi kembali di berbagai negara Asia.
Terbukti dari sisi pasar Asia, sebagian besar mata uang Asia di minggu ini mengalami penguatan, kecuali Yen.
Dari sisi domestik, penguatan rupiah cenderung disebabkan dimulainya transisi pembukaan PSBB oleh beberapa daerah, seperti DKI Jakarta.
Kebijakan ini diharapkan akan mendorong peningkatan produktivitas perekonomian setelah menurun tajam ketika implementasi PSBB di berbagai daerah di Indonesia.
Baca Juga: Wah Kabar Gembira Sudah Boleh Angkut Penumpang, 100 Ojol Pakai Penyekat Pekan Depan
"Jika implementasi PSBB terbatas yang nantinya akan diikuti juga oleh implementasi new normal dapat berjalan dengan baik tanpa menimbulkan kasus baru lagi di kemudian hari, maka aktivitas perekonomian pada kuartal III tahun 2020 diperkirakan akan membaik dibandingkan kuartal II tahun 2020 yang diperkirakan akan mengalami kontraksi dan akan kembali membaik lagi hingga kuartal IV tahun 2020," tutupnya.